Konsep Dasar
1.
Definisi
Pneumonia
atau pneumonitis merupakan radang akut pada parenkim paru. (Lewis,
Heitkemper, Dirksen)
Pneumonia
merupakan inflamasi parenkim pada paru karena agen mikroba. (Suzanne
C. Ameltzer)
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul
Dahlan)
2.
Etiologi
Pneumonia
disebabkan oleh bermacam-macam mikroorganisme, bakteri, mycobakteria, chlamydiae,
mycoplasma, fungi, parasit dan virus. Pada CAP biasanya disebabkan oleh :
a. Streptococcal pneumonia : Streptococcus
pneumoniae (pneumococcal).
b. Haemophilus influenza : Haemophilus
influenzae.
c. Legionnaires disease : Legionella
pneumophila
d. Mycoplasma pneumonia : Mycoplasma
pneumoniae.
e. Viral pneumonia : Influenza virus tipe A,
B, adenovirus, parainfluenza, cytomegalovirus.
f. Chlamydial pneumonia : cipittaci.
Pada HAP bisa disebabkan oleh
:
a. Pseudomonas pneumonia : Pseudomonas
aeruginosa.
b. Staphylococcal pneumonia : Staphylococcus
aureus.
c. Klebsiella pneumonia : klebsiella
pneumoniae
d. Escherchia coli
e. Fungal pneumonia : Aspergulus pumigatus.
f. Pneumocystis carini
g. Anaerobic bakteri pneumonia.
Pneumonia bisa disebabkan
karena :
a. Aspirasi makanan, minuman atau vomitus /
muntah.
b. Inhalasi toksik atau bahan kimia tajam,
asap rokok, debu atau gas.
Pneumonia bisa karena
komplikasi dari immobilisasi dan sakit kronik.
Faktor resiko pneumonia,
adalah sebagai berikut :
§ Merokok
§ Polusi udara
§ Infeksi saluran nafas atas
§ Kebiasaan buruk : alkoholis, injury
kepala, overdosis obat, penggunaan anestesi.
§ Trakheal intubasi (untuk jalan masuk
udara)
§ Immobilisasi lama
§ Terapi imunosupresif : cortikosteroid,
khemoterpi kanker.
§ Tidak berfungsinya sistem imune : Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
§ Demam periordontal
§ Perpajanan yang lama dengan virus
§ Malnutrisi
§ Dehidrasi
§ Penyakit kronik : DM, penyakit hati,
penyakit paru, ginjal, kanker.
§ Menghirup zat yang berbahaya
§ Aspirasi dari lambung
§ Aspirasi benda luar (minyak tanah)
§ Kebiasaan hidup, dimana terjadi transmisi
respirasi yang buruk.
§ Terapi respiratori
§ Bertambahnya umur (ketuaan)
§ Reflek batuk menurun
§ Produk mukus berlebih dan obstruksi
bronchial.
3.
Patofisiologi
terlampir
4.
Manifestasi Klinik
a. Manifestasi Klinis dari CAP
Pneumococcal
Pneumonia (karena streptococcus pneumoniae)
Manifestasi klinisnya :
Serangan yang terjadi
tiba-tiba dengan satu hentakan, saat udara dingin, demam tinggi, rasa seperti
ditikam, sakit di daerah dada, malaise, lemah, kadang-kadang vomiting,
tachypnea, dyspnea, batuk produktif disertai darah pada sputum dan lendir yang
kuning.
Influenzal
Pneumonia (karena Haemophilus influenzae)
Manifestasi klinisnya :
Mirip dengan pneumococcal
pnumonia, batuk produktif dengan sekret hijau kental, sputum kadang-kadang
disertai oleh darah.
Legionnaires
disease (karena legionella pneumophila)
Manifestasi klinisnya :
Pengontrolan demam dapat
dilakukan 24-48 jam, sakit kepala, malaise, demam tinggi, nadi dan suhu tinggi,
dyspnea, hypoxia, pusing, nausea, vomiting, diare, bingung, batuk kering dengan
produksi mukus berdarah pada sputum.
Mycoplasma
pneumonia (karena mycoplasma microorganism)
Manifestasi klinisnya :
Terjadi serangan ringan
disertai demam, sakit kepala, myalgia, malaise, jumlah pernafasan normal,
produksi batuk dengan sputum dan klien bisa menampakkan gejala yang minimal.
Viral
penumonia (karena influenza virus ∆)
Manifestasi klinisnya :
Sakit kepala yang dapat
dikontrol, myalgia, diikuti oleh demam tinggi, dyspnea, suara nafas normal,
kadang-kadang wheezing atau seperti gemericik air, batuk kering dengan lendir
dan sputum.
b. Manifestasi Klinik dari HAP
Staphylococcal
pneumonia (karena staphylacoccus aureus)
Manifestasi klinisnya :
Serangan tiba-tiba dengan
demam, kejang, sakit di dada, dyspnea, suara nafas pendek, meningkatnya batuk
dengan purulen kuning keemasan atau sputum berdarah, pada foto dada di dapat
empyema, abses, dan pneumothorax, biasanya disertai dengan sakit kepala,
myalgia.
Bakteri
pneumonia gram negatif (karena klebsiella pneumonia)
Manifestasi klinisnya :
Serangan tiba-tiba dengan
demam tinggi, sakit di dada, dyspnea, cyanosis, batuk produkif dengan sputum
seperti jeli berwarna merah, mukus lengket.
Bakteri
pneumonia anaerob, hypostatic pneumonia (karena pleura normal di oral)
Manifestasi klinisnya :
Serangannya buruk dengan waktu
yang lama, demam, dyspnea, cyanosis, hypertensi, tachycardia, peningkatan
jumlah pernafasan, terjadi infiltrasi di paru pada saat pemeriksaan foto dada,
batuk produktif dengan sputum.
Fungal
pneumonia (karena histoplasmosis, blastomycosus, coccidiodiomycosis,
aspergillosis, candidiasis)
Manifestasi klinisnya :
Biasanya tanpa gejala,
manifestasi bisa terjadi dengan adanya malaise yang singkat, demam, sakit
seperti influenza.
Parasit
pneumonia (karena protozoa, nematoda, platyhelminthes) biasanya organisme jenis
pneumocystis carinii
Manifestasi klinisnya :
Klien dengan P. Carinii
biasanya selalu kehilangan imune yang dimilikinya (HIV), batuk, dyspnea, sakit,
demam dan berkeringat di malam hari.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologis
Dapat berupa pneumonia
alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease), misalnya oleh
Streptococcus pneumoniae, bronkopneumonia (segmental disease) oleh
staphylacoccus, virus atau mikroplasma dan pneumonia interstisial (interstitial
disease) oleh virus dan mikroplasma. Distribusi infiltrat pada segment apikal
lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada
pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Lekositosis menandai adanya
infeksi bakteri, leukosit rendah / normal dapat disebabkan oleh infeksi virus /
mikroplasma atau pada infeksi yang berat, sehingga tidak terjadi respons
leukosit. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada
infeksi kuman gram negatif atau S. Aureus pada pasien dengan keganasan dan
gangguan kekebalan.
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Kuman yang predominan pada
sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi.
d. Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap virus,
legoinoela dan mikroplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada
kenaikan titer 4 kali. Analisa gas darah dilakukan untuk menilai tingkat
hipoksia dan kebutuhan oksigen.
6.
Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik
-
Macrolide
-
Tetraycline
-
Quinolon
-
Chephalosporin
-
erythromycin
b. Terapi suportif umum
-
Terapi
O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg.
-
Humidifikasi
dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental
-
Fisioterapi
dada untuk mengeluarkan dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan nafas dalam.
-
Pengaturan
cairan.
-
Pemberian
kortikosteroid pada fase sepsis berat.
-
Obat
inotropik.
-
Ventilasi
mekanik, indikasi intubasi & pemasangan ventilator pada pneumonia adalah :
§ Hipoksemi persisten
§ Gagal nafas
§ Respiratory arrest
§ Retensi sputum.
-
Drainase
empiema
-
Bila
terdapat gagal nafas diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
7.
Komplikasi
a. Efusi pleura
b. Komplikasi sistemik
c. Hipoksemia
d. Bronkiektasis
e. Pleuritis
f. Atelectasis
g. Abses paru
h. Empyiema
i.
Pericarditis
j.
Arthritis
k. Meningitis
l.
Endocarditis.
2.2
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Pneumonia
1.
Pengkajian
a. Aktivitas
Gejala : - kelemahan,
kelelahan
-
Insomnia
Tanda : - letargi
-
Penurunan
toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : - riwayat adanya
GJK kronis
-
Takikardi
Tanda : penampilan kemerahan atau pucat
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya stressor, masalah finansial
d. Makanan / cairan
Gejala : - kehilangan nafsu
makan, mual / muntah
-
Riwayat
Diabetes Melitus
Tanda : - distensi abdomen
-
Hiperaktif
bunyi usus
-
Kulit
ering dengan turgor buruk
-
Penampilan
kaheksia (malnutrisi)
e. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - sakit kepala
-
Nyeri
dada (pleuritik) meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza)
-
Mialgia,
aitalgia
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur, pada sisi
yang sakit, klien membatasi
gerakan)
g. Pernafasan
Gejala : - riwayat adanya
ISK kronis, PPOM, merokok sigaret
-
Takipnea,
dispnea progresik, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori : pelebaran
nasal.
Tanda : - sputum : merah
muda, berkarat atau purulen.
-
Perkusi
: pekak di atas daerah yang konsolidasi
-
Fremitus
: taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan friksi pleura.
-
Bunyi
nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat atau nafas bronkial.
-
Warna
: pucat sianosis bibir / kuku.
h. Keamanan
Gejala : - riwayat adanya
gangguan sistem imun, misal : SLE, AIDS,
penggunaan steroid kemoterapi,
institusionalisasi ketidakmampuan umum.
Tanda : - berkeringat
-
Menggigil
berulang / gemetar.
-
Kemerahan
mungkin ada pada kasus rubella varisela.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d
peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan
membran alveoral kapiler.
c. Resti terhadap penyebaran infeksi b.d
ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlekatan sekret
pernafasan)
d. Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2.
e. Nyeri dada b.d peradangan parenkim paru.
f. Resti gangguan nutrisi b.d peningkatan
kebutuhan metabolik.
g. Resti gangguan volume cairan b.d
kehilangan cairan berlebih.
3.
Intervensi Keperawatan
a. Dx. 1
Tujuan : Jalan nafas klien kembali bersih.
KH :
- Klien dapat menunjukkan dan
mempertahankan jalan nafas
paten
-
Suara
nafas : vesikuler
-
Klien
mampu melakukan batuk efektif (pengeluaran sputum)
-
Jumlah
pernafasan = 16 – 24 x/mnt
Intervensi :
1) Kaji jumlah / kedalaman pernafasan dan
gerakan dada.
R / Takipnea, pernafasan dangkal dan
ketidaksimetrisan dada, sering
terjadi karena ketidakseimbangan
pergerakan dinding dada atau cairan dalam paru.
2) Auskultasi lapang paru, pengurangan aliran
udara dan catat adanya bunyi tambahan (krekel dan wheezing)
R /
berkurangnya aliran udara
terjadi pada area konsolidasi cairan,
suara nafas bronkial dapat
juga terjadi pada area konsolidasi crackles, ronkhi dan wheezing terdengar pada
saat inspirasi atau ekspirasi lebih terdengar respon akumulasi cairan,
kekentalan sekret dan sumbatan jalan nafas.
3) Tinggikan kepala tempat tidur, rubah
posisi dengan sering
R / penurunan
diafragma meningkatkan ekspansi
dada, memobili
sekret dan pengeluaran sekret.
4) Kaji frekuensi kedalaman latihan
pernafasan. Ajarkan klien melakukan batuk efektif.
R / nafas
dalam memfasilitasi ekspansi maximum paru / jalan nafas.
Batuk merupakan salah satu
mekanisme pembersihan jalan nafas, cilia mempertahankan jalan nafas.
5) Suction jika indikasi
R / menstimulus batuk
atau mekanisme pembersihan
jalan nafas
pasien yang tidak mampu
mengeluarkan karena ketidakefektifan batuk dan penurunan kesadaran
6) Tingkatkan masukan cairan 2500 ml/d (jika
tidak kontraindikasi)
R / cairan hangat dpat
mengencerkan sekret dan mudah dikeluarkan.
7) Kolaborasi pemberian Nebulizer dan
fisiotherapy pernafasan dan pemeriksaan spirometri.
R / memfasilitasi / mencairkan
8) Kolaborasi pengobatan : mucolytics,
ekspectorant, bronkodilatois dan analgesik.
R / membantu mengurangi
broncospasm, mengencerkan sekret,
analgesik dapat memperbaiki
usaha batuk, mengurangi ketidaknyamanan.
9) Berikan cairan suplemen IV, numidified
oxigen dan kelembaban ruangan (kolaborasi).
R / diperlukan untuk
mengganti cairan yang
hilang dan membantu
mengencerkan dan menggerakkan
sekret.
10) Monitor hasil pada foto thorax (dada)
ABGS, hasil Oximetry
R / memudahkan dalam pemberian
terapi.
11) Kolaborasi untuk tindakan broncoscopy /
thoracentesis (jika indikasi)
R / diperlukan untuk
menentukan derajat mukus, drainase sekret purulen atau pencegahan atelectasis.
b. Dx. 2
Tujuan : klien dapat menunjukkan
ventilasi yang baik dan oksigenasi
adekuat.
KH :
- Hasil ABGS normal (PO2 :
80 -100 mmHg ;
PCO2 : 35 – 45 mmHg)
-
Tanda-tanda
gangguan pernafasan tidak ada
-
Menunjukkan
oksigenasi yang maximal.
Intervensi :
1) Monitor frekuensi nafas, kedalaman dan kemudahan
bernafas.
R / manifestasi dari
distress pernafasan tergantung
pada derajat
kerusakan paru dan menunjukkan
status kesehatan.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa, dan
warna dasar kuku, adakah sianosis pada kuku / sekitar mulut / bibir.
R / cyanosis pada
kuku / perifer dan di
sekitar mulut dan
telinga
menunjukkan hiposemia
3) Kaji status mental
R / gelisah dan
kecemasan merupakan manifestasi
umum pada
hipoxemia / penurunan
oksigenasi ke otak.
4) Monitor irama jantung
R / tacicardi muncul
akibat demam / dehidrasi dan
respon dari
hipoxemia.
5) Monitor suhu tubuh dan tindakan yang
dilakukan klien untuk mengatasi demam / dingin, seperti memberi selimut atur
suhu kamar yang nyaman atau dengan kompres (hangat)
R / demam tinggi
(biasanya karena bakteri pneumonia dan influenza)
memerlukan tambahan metabolik
yang lebih besar dan kebutuhan oksigen serta perubahan oksigenasi pada sel.
6) Anjurkan klien untuk mempertahankan
istirahat, anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi dan pembatasan aktivitas.
R / mencegah
keletihan dan mengurangi
penggunaan O2 dan
memfalitasi pemecahan infeksi.
7) Tinggikan kepala dan anjurkan untuk sering
berubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
R / menaikkan
ukuran (bantalan) memaksimalkan inspirasi, memper-
mudah pengeluaran sekret dan
memperbaiki ventilasi.
c. Dx. 3
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan
infeksi & tidak berulangnya
infeksi.
KH : - Suhu = 36,5 – 37,2 oC
-
Tanda-tanda
infeksi tidak ada (color (-), dolor (-), rubor (-) , tumor (-), fungsilaesa
(-))
-
Leukosit
= 5.000 – 10.000 /ul
-
Albumin
= 4 – 5,2 g/dl
-
Hb =
W :12 – 14 g/dl ; L : 13 – 16 g/dl
Intervensi :
1) Monitor TTV dengan ketat, khususnya pada
awal (permulaan) therapy.
R / selama waktu (periode)
ini, potensial komplikasi (hipotensi / syok)
dapat terjadi.
2) Anjurkan klien untuk melaporkan perubahan
warna, jumlah & bau sekret (sputum)
R / penting
untuk diketahui, bahwa
pengeluaran sputum harus aman,
perubahan
warna menunjukkan perbaikan atau memburuknya proses infeksi.
3) Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik.
R / mencuci
tangan secara efektif
akan mengurangi penyebaran
infeksi.
4) Ubah posisi dengan sering, sediakan tempat
pembuangan sputum yang aman / baik.
R / merubah
posisi meningkatkan pengeluaran,
resiko penyebaran
menurun.
5) Batasi pengunjung
R / menurunkan pemajanan
terjadi patogen infeksi lam
6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai indikasi
pada individual.
R / tipe infeksi, respon
antibiotik, derajat kesehatan, komplikasi untuk
mencegah terjadinya penyebaran
infeksi / melindungi pasien dari infeksi lain.
7) Anjurkan klien untuk cukup istirahat
adekuat dengan masukan nutrisi yang adekuat serta pengurangan aktivitas
(secukupnya)
R / memudahkan proses
penyembuhan dan meningkatkan derajat
kesehatan.
8) Monitor keefektifan therapy antimikroba.
R / tanda dan perkembangan
kondisi terjadi selama 24 – 40 jam
9) Catat adanya perubahan secara tiba-tiba
(nyeri dada, bunyi jantung extra, perubahan sensori, demam yang berulang,
perubahan karakteristik sputum).
R / terlambatnya kesembuhan /
bertambahnya gejala terhadap resisten
antibiotik / adanya infeksi
sekunder, komplikasinya dapat menyebabkan abses paru / empyema, bakteremia,
pericarditis / endocarditis, meningitis / encephalitis, dan superinfeksi.
10) Kolaborasi pemberian antimikroba yang
merupakan indikasi dari hasil pemeriksaan sputum dan kultur darah seperti
pemberian penisilin, erythtomisin, tetrasiklin, amikasin, cephalosporin,
amantadin.
R / obat tersebut
dapat membunuh mikroba
pada pneumonia,
kombinasi antivirus dan anti
jamur(agent) dapat juga digunakan ketika pneumonia hasil dari kumpulan
mikroorganisme.
d. Dx. 4
Tujuan : menunjukkan peningkatan terhadap toleransi aktivitas.
KH : - TD = 120/80
mmHg
-
N =
60 – 100 x/mnt
-
RR =
12 – 24 x/mnt
-
Dyspnea
(-)
-
Kelemahan
fisik (-)
Intervensi :
1)
Evaluasi
respon aktivitas; setelah aktivitas adakah dyspnea, peningkatan kelelahan,
perubahan TTV.
R / menetapkan kemampuan
/ kebutuhan pasien
dan memudahkan
pilihan intervensi.
2)
Batasi
pengunjung untk keadaan lelah, tenang dan menghindari / manajemen stress dan
pengalihan yang tepat.
R / menghilangkan stress
dan suasana tenang meningkatkan istirahat
klien.
3)
Jelaskan
hubungan rencana pengobatan dengan kebutuhan istirahat dan keseimbangan
aktivitas.
R / bedrest selama
fase akut menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk proses
penyembuhan, pembatasan / pengaturan aktivitas tergantung respon individu,
seperti dyspneu / gagal nafas ada / tidak.
4)
Bantu
klien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur.
R / kenyamanan posisi
sangat individual dan
meningkatkan kualitas
istirahat / tidur.
5)
Bantu
aktivitas dalam perawatan diri secara bertahap untuk mandiri.
R / meminimalkan kelelahan, menyeimbangkan suplay
dan
kebutuhan O2.
e. Dx. 5
Tujuan : Klien melaporkan nyeri terkontrol / berkurang / hilang.
KH : - Wajahklien
terlihat rileks.
-
Klien
malaporkan terpenuhi istirahat.
-
Nyeri
terkontrol
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, lokasi,
durasi dan kualitas nyeri.
R / nyeri
dada pada beberapa
derajat dengan pneumonia,
timbul
komplikasi seperti
perikarditis dan endokarditis diketahui lebih dini.
2) Monitor TTV (Nadi dan TD)
R / perubahan TD dan Nadi
menunjukkan pasien mengalami nyeri dan
tanda lain yang mendukung
wajah tegang.
3) Berikan tindakan yang memberi kenyamanan
seperti pijatan punggung, perubahan posisi, suasana tenang (musik tenang), relaksasi / latihan nafas dalam.
R / tindakan non analgesik
diberikan dengan sentuhan lembut seperti
menghilangkan ketidaknyamanan
dan memperbesar efek terapi analgesik.
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan
frekuensi sering.
R / pernafasan
mulut dan O2 dapat
mengiritasi dan mengeringkan
membran mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.
5) Anjurkan dan bantu klien dalam tehnik menekan
dada selama episodik batuk.
R / alat
untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara mening-
katkan kefektifan upaya batuk.
6) Kolaborasi pemberian analgesik / antitusif
sesuai indikasi.
R / meningkatkan
kenyamanan / istirahat umum dan
efek menekan
batuk non produktif menurunkan
mukosa berlebih (analgesik mengurangi nyeri)
f. Dx. 6
Tujuan : klien dapat menunjukkan pemenuhan nutrisi yang adekuat.
KH : - Klien makan
habis 1 porsi.
-
Tanda-tanda
kekurangan nutrisi : anoreksia (-), mual, muntah (-)
-
Hb :
L = 13 – 16 g/dl ; W = 12 -14 g/dl
-
Albumin
4 – 5,2 g/dl
-
BB
bertambah sesuai dengan BB ideal {(TB-100)-10% (TB-100) kg)}
Intervensi :
1) Kaji adanya faktor yang menimbulkan mual /
muntah.
R / adanya mual, muntah dapat
menyebabkan klien untuk makan.
2) Bantu klien untuk membersihkan mulut /
oral hygiene
R / oral hygiene
dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan me-
nurunkan mual.
3) Berikan obat untuk melancarkan pernafasan ±
1 jam sebelum makan.
R / dapat menurunkan efek
mual.
4) Berikan porsi makan kecil tapi sering /
makanan yang disukai klien.
R / porsi kecil
dapat meningkatkan asupan nutrisi dan makanan yang
disukai dapat meningkatkan
selera makan klien.
5) Timbang BB klien
R / penurunan BB
yang berlebih menunjukkan
kekurangan nutrisi
yang berlebih.
6) Monitor hal lab, misalnya albumin dan
hemoglobin
R / peningkatan albumin dan Hb
menunjukkan perbaikan nutrisi.
g. Dx. 7
Tujuan : Klien dapat menunjukkan pemenuhan kebutuhan cairan
KH : - Turgor kulit baik.
-
Mukosa
mulut lembab
-
TD :
120/80 mmHg
-
N :
60 – 100 x/mnt
-
RR :
16 – 24 x/mnt
-
S :
36,2 – 37 oC
Intervensi :
1) Monitor TTV (Suhu, TD dan Nadi)
R / peningkatan
suhu menunjukkan peningkatannya laju metabolik
dan kehilangan cairan melalui
evaporasi.
2) Monitor turgor kulit, kelembaban membran
mukosa (bibir, mulut)
R / indikator langsung
keadekuatan vol. cairan
3) Catat adanya keluhan mual / muntah.
R / adanya gejala ini
menunjukkan penurunan pemasukan oral.
4) Monitor intake output, warna dan
karakteristik urin, hitung keseimbangan cairan, IWL, timbang BB
R / kekurangan BB
berlebih dapat memberikan informasi
tentang
keadekuatan volume cairan.
5) Berikan cairan ± 2500 ml / hari, sesuai
indikasi.
R / pemenuhan kebutuhan cairan
dapat menurunkan resiko dehidrasi.
6) Kolaborasi untuk pemberian obat
antipiretik dan antiemetik sesuai indikasi.
R / antipiretik dan antiemetik
dapat mengurangi / menurunkan resiko
kehilangan cairan.
7) Berikan cairan tambahan IV sesuai
keperluan
R / pemberian cairan
melalui parenteral dapat
memperbaiki / men-
cegah kekurangan cairan.
4.
Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai dengan
intervensi keperawatan
5.
Evaluasi
a. Klien menunjukkan bersihnya pernafasan dan
pernafasan efektif.
b. Efektifnya pola nafas klien dan suara
nafas vesikuler, nilai lab normal.
c. Penyebaran infeksi tidak terjadi dan tidak
berulangnya infeksi.
d. Klien menunjukkan tingkat kemampuan
beraktivitas secara bertahap dan mandiri.
e. Nyeri klien dapat terkontrol dan mampu
mengontrol dengan mandiri.
f. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dan
adanya peningkatan BB klien.
g. Klien dapat menunjukkan pola pemenuhan
cairan sesuai kebutuhan tubuh, karena untuk kebutuhan metabolik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar