Sabtu, 30 November 2013

ASKEP SYSMTEMIK LUPUS ERIMATOSUS (SLE)



A.    Konsep Dasar
1.      Pengertian
SLE (Systemik Lupus Erimatosus) adalah suatu penyakit auto imun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh. (Sylna Anderson Price, 1995)

SLE (systemik Lupus Erimatosus) adalah penyakit radang multi sistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut atau fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh. (Syaifoellah Noer, 1996)
SLE (Systemik Lupus Erimatosus) adlah sutau penyakit multisistem dan diartikan oleh adanya faktor antinuklear dan auto antibodi lainnya. (JMH. Moll, 1992)
SLE (Systemik Lupus Erimatosus) merupakan suatu kegagalan toleransi imun diri snediri. Kegagalan ini menghasilkan produksi berbagai auto-antobodi terhadap berbagai jenis komponen jaringan, karenanya, penyakit ini termasuk penyakit autoimun (JCE. Underwood, 1999)

2.      Etiologi
Seperti penyakit jaringan penyambung sistemik lainnya, etiologi SLE tidak diketahui. Faktor imunologis menonjol dan terdapat bukti kuat bahwa kompleks imun di saring keluar dari sirkulasi dan ditempatkan pada membrana basalis ginjal dan tempat lain yang diserang penyakit ini.
Faktor resiko :
a.       Genetik
§  Jenis kelamin
Wanita cenderung terserang sembilan kali lebih sering dibanding pria.
§  Usia
Usia amitan rata-rata adalah 20-40 tahun
§  Ras
Di Amerika Serikat, penyakit ini menyerang populasi kulit hitam tiga kali lebih sering dari pada orang berkulit putih.
§  Faktor keturunan
Frekuensi 10% - 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE.
b.      Hormonal
Estrogen menambah resiko SLE, sedangkan androgen mengurangi resiko ini.
c.       Sinar ultraviolet
Sinar ultaviolet mengurangi supresi imun, sehingga terapi menjadi kurang efetif, sehingga SLE kambuh / bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit mengeluarkan sitokinin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran di pembuluh darah.
d.      Imunitas
Pada pasien SLE terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap    sel T.
e.       Beberapa obat tertentu dan makanan (touge alfalta) tampak sebagai pencetus awitan gejala atau memburuk penyakit yang sudah ada, seperti procainamide (pronestyl) dan hydralazine (Apresoline). Beberapa obat seperti Phenytorn (Dilantin) dan phenobarbital diketahui dapat memperburuk penyakit yang sudah ada.
f.       Stress berat
Dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki kecenderungan akan penyakit ini.

3.      Patofisiologi
            terlampir
 
4.      Manifestasi Klinik
Gambaran klinis SLE meliputi lebih dari satu sistem tubuh, sistem tubuh yang terlibat antara lain:
a.       Ruam kulit berbentuk kupu-kupu berupa eritema yang agak oedema pada hidungdan kedua pipi. Pada bagian kulit yang terkena sinar matahari dapat timbul ruam kulit akibat dari hipersensitivitas (foto hipersensitivity). Vaskulitis dapat menyebabkan ulserasi dan sering juga tampak perdarahan dan eritema periungual, selain itu dapat timbul juga echimosis, ptechie dan purpura.
b.      Gejala muskuloskeletal
Antara lain at=rtritis, atralgia, pembengkakan sendi dan nyeri tekan serta rasa nyeri ketika bergerak dan rasa kaku pada pagi hari, sehingga banyak pasien yang mengeluh.

c.       Ginjal
Kelainan ini ditemukan 68% pada pasien SLE, manifestasi yang paling sering adalah proteinuria dan atau hematuria, hipertensi, nefrotik syndrom serta gagal ginjal.
d.      Kardiovaskular
Kelainan jantung berupa perkarditis ringan sampai berat, iskemia myocard dan endokarditis verukosa.
e.       Paru
Efusi pleura
f.       Saluran pencernaan
Mual dan diare, ulserasi usus dan pankreatitis, hepatomegali
g.      Kelenjar getah bening
Pembesaran kelenjar getah bening berupa limfa denopati difus.
h.      Mata
Berupa konjungtivitis, edema periorbital, perdarahan sub konjungtivital, uveitis dan adanya badan sitoid pada retina.
i.        Susunan saraf pusat
Gangguan ini terdiri dari 2 kelainan yaitu psikosis organik dan kejang-kejang, yang termasuk ke dalam psikosis organik yaitu timbul gejala delusi / halusinasi, disorienstasi, sukar menghitung dan tidak mengenal gambar-gambar yang pernah dilihat. Sedangkan yang termasuk kejang-kejang adalah tipe granormal, kejang tipe jackson serta aphasia.

5.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Laboratorium
§  Hematologi → ditemukan anemia, leukopenia dan trombositopenia
§  Kelainan imunologis → komplemen serum, uji lues yang positif semu.


b.      Histopatologi
1)      Umum
Lesi yang dianggap karakteristik SLE adalah hemotoksili, lesi onion-skin
2)      Ginjal
Glomerolus ploriferatif difus dan nefritis lupus membranosa.
3)      Kulit
Pemeriksaan imunofluoresensi direk menunjukkan deposit Ig G granular pada dermoepidermal junction, baik pada lesi kulit yang aktf (90%) maupun pada kulit yang terkena (70%) (lupus band test).

6.      Penatalaksanaan
Program pengobatan yang tepat sangat individual karena gambaran klinis dan perjalanan penyakit sangat bervariasi, secara garis besar penatalaksanaan SLE dibagi dalam 6 kelompok besar, yaitu :
a.       Konseling
    • Pasien diberi penjelasan mengenai panyakit yang dideritanya (perjalanan penyakit, komplikasi, prognosis dan sebagainya)
    • Kurangi/hindari kontak sinar matahari atau sinar ultraviolet, gunakan lotion.
    • Istirahat diperlukan sampai gejala akut penyakit hilang
    • Pemberian gizi yang baik
    • Hindari penggunaan kontrasepsi oral, imunisasi, insektisida dan kehamilan.
b.      Pengobatan simtomatik (NSAID dan salisilat)
§  Artralgia dan demam diberikan preparat salisilat (indometasin 3x25 mg/hari), asetaminofen 6x650 mg/hari dan Ibuprofen 4x300 mg/hari dan disertai dengan istirahat yang cukup.
§  Eritema : terapi lokal dengan krem atau salep kortikosteroid.
§  Ulserasi mulut dan nasofaring diberi terapi lokal
§  Fenomena Raynaud dicgah dengan protective clothing.
c.       Obat anti malaria
Obat ini memberikan hasil yang baik dalam mengatasi kelainan kulit, kelainan paru ringan dan atralgia ringan. Preparat yang digunakan adalah : klorokin / hidroksiklorokin 200-500 mg/hari, saat penggunaan obat ini, penderita harus kontrol ke ahli mata setiap 3-6 bulan karena adanya efek toksik berupa degenerasi makula.
d.      Kortikosteroid
Diberikan jika kelainan kulit memburuk dan tidak responsif terhadap pengobatan konservatif, adanya gangguan susunan saraf pusat, perikarditis, miokarditis, pleuritis, anemia hemolitik, gangguan pembekuan darah, demam. Tinggi dosisnya : prednison 40-60 mg/hari, bila terjadi kejang 100-200 mg/hari atau 2 mg/kg BB/hari.
e.       Kortikosteroid dan imunosupresif
Obat imunosupresif diberikan bersamaan dengan kortikosteroid. Penggunaan obat ini hanya dianjurkan pada kasus gawat, obat yang paling sering dipakai ialah Azatioprin 3-4 mg/Kg BB/hari (maksimum 200 mg/hari), siklofosfamid diberikan 100-150 mg/hari.
an imunosupresif
la terjadi kejang 100-200 mg/hari atau 2 mg/kgBBan konservatif, adanya gangguan susunan saraf pusat, perikardi
f.       Pengobatan terhadap komplikasi
Biasanya dilakukan pengobatan untuk mencegah infeksi sekunder. Untuk antikoagulasi diberikan heparin 250 mg/hari (subkutan), untuk kejang diberikan obat anti konvulsi.

7.      Komplikasi
a.       Gagal jantung
b.      Efusi pleura
c.       Gagal ginjal

B.     Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan SLE
  1. Pengkajian
a.       Data biografi
    • Umur → usia 15-40 tahun
    • Ras → Negro, China dan Filiphina
    • Jenis kelamin → wanita > sering dibandingkan pria (5:1)
b.      Data subyektif
1)      Informasi kesehatan yang penting
a)      Riwayat masa lalu
§  Terpapar sinar radiasi ultraviolet
§  Bahan kimia
§  Infeksi fisik / psikologis
§  Peningkatan aktivitas estrogen : pada wanita yang menstruasi lebih dini, kehamilan dan post partum
b)      Pengobatam
§  Penggunaan kontrasepsi oral
§  Prosainamide (pronestyl)
§  Hydralazine (apresoline)
§  Isoniazid (INH)
§  Pengobatan anti selzure
§  Antibiotik (faktor pencetus dari SLE)
§  Kortikosteroid.

2)      Pola kesehatan fungsional
a)      Managemen kesehatan-persepsi kesehatan
§  Riwayat penyakit SLE pada keluarga atau penurunan imune
§  Infeksi berulang
§  Lemah

b)      metabolisme dan status nutrisi
§  penurunan berat badan
§  ulserasi pada hidung dan mulut
§  mual dan muntah
§  xerostomia (kel. Saliva kering)
§  disfagia
§  sensitif terhadap rangsang cahaya seperti : kemerahan
§  infeksi yang berulang.
c)      Eliminasi
§  Penurunan pengeluaran urine
§  Diare atau konstipasi
d)     Aktivitas
§  Pembengkakan sendi
§  Pembengkakan / kekakuan pada pagi hari
§  Dispnea
e)      Istirahat tidur
§  Insomnia
f)       Persepsi kognitif
§  Gangguan penglihatan
§  Vertigo
§  Sakit kepala
§  Poliatralgia
§  Sakit dada
§  Sakit perut
§  Nyeri sendi
g)      Reproduksi – seksualitas
§  Amenore
§  Periode menstruasi yang tidak teratur

h)      Koping – stress
§  Depresi
§  Menarik diri

c.       Data obyejtif
1)      Keadaan umum
§  Demam
§  Limfadenopati
§  Edema periorbital
2)      Integumen
§  Alopesia
§  Kering
§  Bersisik
§  Keratokonjungtivitis
§  Lesi berbentuk kupu-kupu
§  Palmar
§  Urticaria
§  Eritema periungal
§  Purpura
§  Ptechie
§  Ulser pada kaki.
3)      Pernafasan
§  Vaskulitis
§  Perikardial friction rub
§  Hipertensi
§  Edema
§  Aritmia
§  Murmur
§  Sianosis pada jari
§  Gastro intestinal
§  Ulser pada mulut dan faring
§  splenomegali
4)      Neurologis
§  Kelemahan pada wajah
§  Periperal neuropati
§  Papila edema
§  Disartria
§  Kebingungan
§  Halusinasi
§  Disorientasi
§  Psikosis
§  Apasia
§  Hemiparise
5)      Muskuloskeletal
§  Miopati
§  Miositis
§  Artritis

  1. Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan integritas kulit b.d proses inflamasi
b.      Gangguan konsep diri : gambaran diri b.d perubahan penampilan fisik.
c.       Nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap SLE
d.      Kelemahan b.d ketidakmampuan melakukan kegiatan rutin sehari-hari
e.       Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
f.       Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
g.      Kurang pengetahuan mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan b.d kurangnya informasi.iagnosa Keperawatan
g.     
g.      teraturerahan
g.      runan imune
g.       lebih dini, kehamilan dan post partumti konvulsi.
  1. Interveni Keperawatan
a.       Dx. 1 Gangguan integritas kulit b.d proses inflamasi
Tujuan       : integritas   kulit   klien   kembali   normal   setelah   dilakukan
  intervensi keperawatam
KH                        :  -    Kulit bersih, tidak kering
-          Kulit utuh
-          Kemerahan (-)
Intervensi  :
1)      Observasi keadaan kulit setiap hari dan catat perubahan yang terjadi (rash, eritema)
R/  Rsh, eritema pada kulit menandakan kelainan kulit menahun
2)      Jaga kulit tetap bersih dan kering
R/  Media  yang lembab merupakan tempat yang baik untuk pertumbu-
han organsme patogen.
3)      Anjurkan kiien untuk tidak menggaruk kulit
R/  Menggaruk kulit dapat memperluas les dan merusak sel epidermis.
4)      Anjurkan klien untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung dan menggunakan kaca mata jika keluar rumah.
R/  Pemajanan  sinar matahari dapat mencetuskan esaserbasi pada kulit
dan penyakit sistemik.
5)      Bersihkan kult dengan sabun antiseptik
R/  Menurnkan kadar kontaminasi kulit
6)      Hindari untuk memakai kosmetik yang dapat membuat dry skin
R/  Kosmetik  yang  mengandung  alkohol  dapat  menyebabkan  kulit
kering sehingga lesi bertambah parah.
7)      Anjurkan klien untuk mengkonsumsi nutrisi yang adekuat (TKTP)
R/  Asupan  nutrisi  yang  adekuat  seperti konsumsi Vit. E dapat mem-
percepat perbaikan kulit.

8)      Kolaborasi pemberian obat topikal : salepkortikosteroid sesuai indikasi
R/  Kortikosteroid  dapat  mengurangi  gejala  dan  digunakan  sebagai
terapi simtomatis.

b.      Dx. 2 Gangguan konsep diri : gambaran diri b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan       : Gambaran   diri   klien   positif   setelah  dilakukan  intervensi
  keperawatan
KH                        :  -    Klien dapat mengungkapkan tentang perasaannya
-          Klien dapat menerima perubahan penampilan fisik
-          Klien dapat menunjukkan rasa percaya diri
-          Klien dapat menerima keadaan dirinya secara positif
Intervensi  :
1)      Diskusikan harapan realitas diperubahan fisik
R/  Membantu  pasien membuat rencana untuk menonjolkan kelebihan
yang dimiliki dan menutupi kekurangan yang dimiliki
2)      Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya kecemasan / ketakutannya.
R/  Memberi   kesempatan  klien  untuk  mengidentifikasi  rasa  takut /
kesalahan konsep dan menghadapi secara langsung.
3)      Dorong minat klien dalam melakukan perawatan diri dan ajarkan untuk menggunakan kosmetik.
R/  Aktivitas tersebut dapat memperbaiki gambaran diri klien
4)      Terima dan akui ekspresi prustasi, ketergantungan, marah, perhatikan prilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan
R/  Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang ter-
jadi membantu perbaikan gambaran diri klien.
5)      Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitasi
R/  Kata-kata  penguatan  dapat mendukung terjadinya prilaku koping
yang positf.
6)      Dorong interaksi keluarga dan tim rehabiltasi pada klien
R/  Mempertahankan  /  membuka  garis komunikasi dan berikan doro-
ngan terus-menerus pada pasien dan keluarga.
7)      Berikan kelompok pendukung : orang terdekat, berikan mereka informasi tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien.
R/  Meningkatkan  ventilasi  perasaan dan memungkinkan respon yang
lebih membantu pasien.
8)      Kolaborasi : rujuk ke therapy psikiatri atau psikologis sesuai kebutuhan.
R/  Membantu mengembangkan kemajuan koping yang efektif.

c.       Dx. 3 Nyeri b.d inflamasi sekunder terhadap SLE
Tujuan       : Nyeri  klien  berkurang  / terkontrol  setelah  dilakukan  inter-
  vensi keperawatan
KH                        :  -    Klien tampak rileks
-          Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang
-          Skala nyeri 0-3
-          TD dalam bats normal : 120/80 mmHg
-          N dalam batas normal : 60-100 x/mnt
Intervensi  :
1)      Ukur TTV klien (TD, N)
R/  Peningkatan TD dan N menunjukkan adanya rasa nyeri pada klien
2)      Kaji skala nyeri, mengenai tempat / lokasi dan intensitas nyeri (0-10)
R/  Nyeri  sebagai  respon  subyektif  berbeda bagi setiap klien. Untuk
menentukan kebutuhan manajemen nyeri.
3)      Ajarkan tehnik relaksasi dan nafas dalam
R/  Membantu mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman
4)      Lakukan masase pada daerah daerah yang terasa nyeri
R/  Masase  dapat  mengurangi  ketegangan pada otot dan memberikan
 rasa nyaman pada klien.
5)      Berikan posisi yang nyaman pada saat duduk atau tidur
R/  Pada  penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan
untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
6)      Kolaborasi : berikan obat-obat sesuai petunjuk : Indometason, asetaminofen.
R/  Obat  tersebut  bekerja  sebagai  anti nflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.pat membantu pasien.
. inflamasi dan efek analgesik
ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

d.      Dx. 4 Kelemahan b.d ketidakmampuan melakukan kegiatan rutin sehari-hari
Tujuan       : Klien mampu melakukan aktifitasnya kembali setelah dilaku-
kan intervensi keperawatan.
KH                        :  -     Klien  dapat  melakukan  aktifitas  sehari-hari secara ber-
Tahap
-          Kekuatan otot
-          Klien dapat beristirahat degan nyaman
-          Cedera (-)
Intervensi  :
1)      Observasi tingkat pola energi klien
R/  Merencanakan aktivitas sehari-hari
2)      Pertahankan tirah baring / duduk jika diperlukan, buat jadwal aktivitas bagi klien dan anjurkan klien untuk banyak istirahat
R/  Istirahat  sistemik  dianjurkan  selama eksaserbasi akut untuk men-
cegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
3)      Lakukan rentang gerak aktif / pasif
R/  Mempertahankan / meningkatkan   fungsi  sendi, kekuatan otot dan
stamina umum.
4)      Bantu klien untuk memprioritaskan aktivitasnya
R/  Untuk membuat pilihan kegiatan sehari-hari.
5)      Ajarkan klien tehnik penghematan energi seperti mendekatkan alat-alat di dekat klien
R/  Penghematan  energi  kemungkinan  dapat  meminimalkan  penge-
luaran energi.
6)      Kaji kekuatan otot klien
R/  Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

e.       Dx. 5 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Tujuan       : Klien   dapat   beraktivitas   kembali   secara   adekuat  setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
KH                        :  -    Klien dapat melakukan aktifitas mandiri secara bertahap
-          TTV : N: 60-100 x/mnt, RR : 16-24 x/mnt
-          Kelemahan (-)
-          Klien dapat istirahat dengan nyaman
-          ADL klien terpenuhi (mandi, BAK, BAB, dll)
Intervensi  :
1)      Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/  Menegtahui kemampuan klien dalam beraktivitas
2)      Monitor TTV klien (N, RR) ketika beraktivitas
R/  Peningkatan   nadi   dan   pernafasan   mungkin   mengidentifikasi
kebutuhan pasien untuk istirahat.
3)      Berikan jarak waktu antara aktivitas satu dengan aktivitas yang lainnya untuk istirahat.
R/  Istirahat   sangat   penting   untuk   mengurangi   kelelahan   setelah
aktivitas.

4)      Anjurkan klien bedrest selama eksaserbasi
R/  Menghemat  energi  untuk  mengurangi kelelahan yang merupakan
keluhan yang menonjol
5)      Bantu klien untuk membuat jadwal aktivitas
R/  Mengontrol aktvitas klien sesuai dengan kemampuannya.
6)      Latih klien ROM untuk sendi yang tidak aktif
R/  Mencegah kekakuan / kontraktur pada sendi
7)      Bantu ADL klien (misal : mandi, BAK, BAB, dll)
R/  Mengurangi pengeluaran energi dan mengurangi resiko injury
8)      Kolaborasi dengan keluarga untuk membantu klien saat beraktivitas
R/  Memenuhi kebutuhan aktivitas klien dan mengurangi penghematan
energy.

f.       Dx. 6 Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan       : Klien   dapat   memenuhi  kebutuhan   nutrisi  secara  adekuat
  setelah dilakukan intervensi
KH                        :  -     Klien makan habis 1 porsi
-          Mual (-), muntah (-)
-          BB klien dapat dipertahankan
-          Hb normal : wanita : 12-14 g/dl; pria : 13-16g/dl
Interveni    :
1)      Kaji asupan makanan pada klien
R/  Mengetahui statu nutrisi klien dan membantu membuat perencana-
an asupan nutrisi yang adekuat.
2)      Berikan makanan porsi kecil tapi sering
R/  Membantu  meningkatkan  intake yang adekuat untuk mengurangi
kelemahan.

3)      Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
R/  Meningkatkan kenyamanan pasien dan mencegah eksaserbasi dari
ulserasi mulut
4)      Berikan makanan yang lunak dan hindari makanan yang terlalu panas, pedas.
R/  Memudahkan  klien  saat  menelan  dan mengurangi rasa nyeri saat
menelan
5)      Libatkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan klien sesuai indikasi
R/  Dapat mensupport klien untuk meningkatkan nafsu makan.
6)      Timbang BB klien
R/  Mengetahui sejauh mana tingkat kemajuan nutrisi klien.
7)      Kolaborasi :
§  Lakukan pemeriksaan Lab : Hb, albumin serum
R./  Indikator kebutuhan nutrsi dan keadekuatan diet atau therapy
§  Berikan diet TKTP dengan tambahan vitamin
R/  kalori (3000-5000 /hari), protein, dan vitamin yang dibutuhkan
untuk mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.

g.      Dx. 7 Kurang pengetahuan mengenai penyakit, pengobatan dan perawatan b.d kurangnya informasi.
Tujuan       : Pengetahuan   klien   mengenai   penyakit,   pengobatan    dan
perawatan meningkat setelah dilakukan intervensi keperawatan.
KH                        :  -    Klien dapat menyebutkan pengertian tentang penyakit
-          Klien dapat melakukan pola hidup tertentu (misalnya perawatan kulit, program latihan, periode istirahat) dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi  :
1)      Kaji tingkat pengetahuab klien mengenai penyakit yang  diderita dan perawatan diri
R/  Mengetahui   sejauhmana   pemahaman   pasien terhadap penyakit,
pengobatan dan perawatan.
2)      Kaji ulang pengobatam, termasuk tujuan, dosis, rute dan efek samping yang diharapkan / dilaporkan.
R/  Pengulangan   memungkinkan   kesempatan   untuk   bertanya  dan
meyakinkan pemahaman yang akurat.
3)      Diskusikan perawatan kulit, contoh penggunaan pelembab dan pelindung matahari
R/  Gatal,   kulit   kering   dan   sensitivitas   luka  yang  sembuh  dapat
diharapkan selama waktu lama.
4)      Dorong kesinambungan  program latihan dan jadwalkan periode istirahat
R/  Mempertahankan   mobilitas,   menurunkan  komplikasi  dan  men-
cegah kelelahan, membantu proses penyembuhan.
5)      Tekankan perlunya / pentingnya mengevaluasi perawatan / rehabilitasi
R/  Dukungan   jangka  panjang  dengan  evaluasi  ulang  kontinu  dan
perubahan.

  1. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan.

  1. Evaluasi
a.       Integritas kult klien utuh
b.      Gambaran diri klien positif
c.       Nyeri klien berkurang / terkontrol
d.      Kelemahan pada klien tidak terjadi
e.       Aktivitas klien kembali normal
f.       Asupan nutrisi klien kembali adekuat
g.      Pengetahuan klien bertambah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar