BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia
yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu
yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan
individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara
dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan
dalam mengorganisasi dan mengekspresikan
pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
Komunikasi
adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry,
301 ).
Interaksi perawat dan
pasien akan menghasilkan informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan
pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi tentang cara-cara
menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien terpengaruh dan
mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien. Jika pasien menerima dan
melakukan informasi yang diberikan oleh perawat maka perilaku pasien berubah ke
arah adaptif yang merupakan hasil utama tindakan keperawatan.
B. Tujuan
·
Mendefinisikan pengertian
dari Komunikasi
·
Menjelaskan tujuan dan
fungsi Komunikasi
·
Menjabarkan tentang teknik
dan keterampilan Komunikasi Terapeutik pada pasien Jiwa
·
Memberikan contoh tentang
Komunikasi Terapeutik dalam bentuk percakapan antara perawat dan pasien jiwa
·
Salah satu syarat memenuhi nilai mata kuliah
Komunikasi Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal
dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry,
301 ).
Komunikasi
yang baik akan sangat membantu
dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang
labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007). Komunikasi efektif dapat
mengikutsertakan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan
Hal ini dapat:
·
Membantu proses mengingat
·
Berpengaruh terhadap ketaatan dan kepuasan
·
Berpengaruh terhadap emosional bahkan fisik pasien lanjut
usia
Pasien lanjut usia seringkali tidak memunculkan masalah ini karena menganggap hal tersebut biasa
& tidak perlu dipermasalahkan
Disamping kompleksitas masalahnya, pasien lanjut usia menerima
lebih sedikit edukasi dan konseling kesehatan daripada pasien yang lebih muda
B. Tujuan Komunikasi
1. Komunikasi berguna untuk
pertukaran informasi
2. Membina hubungan dengan
orang lain atau dengan kata lain komunikasi merupakan aspek dasar pada hubungan
antar manusia dan merupakan sarana untuk berhubungan dengan orang lain
3.
Supaya
yang kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai komunikator kita harus menjelaskan pada komunikan
dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka
dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita
maksudkan.
4.
Dapat memahami
orang lain. Kita sebagai
komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan mereka menginginkan
kemauannya.
5.
Supaya
gagasan dapat diterima orang orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang
lain dengan pendekatan persuasif bukan
memaksakan kehendak.
6.
Menggerakkan
orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa
kegiatan yang lebih banyak mendorong, yang penting
harus diingat adalah bagaimana yang baik untuk
melakukannya.
C. Fungsi Komunikasi
1. Informasi, pengumpulan,
penyimpanan dan pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta,
pesan, opini dan komentar. Agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain.
2. Sosialisasi dan penyediaan
sumber ilmu pengetahuan. Agar orang bersikap dan bertindak sebagai anggota
masyarakat yang efektif mengerti akan fungsi sosialnya di dalam masyarakat.
3. Motivasi. Tujuannya yaitu
mendorong orang untuk mementukan pilihan dan keinginannya.
4. Perdebatan dan diskusi.
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik yang menyangkut kepentingan umum.
5. Pendidikan dan ilmu
pengetahuan. Dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta
membentuk ketrampilan dan kemandirian dalam berbagai
bidang.
bidang.
6. Memajukan kehidupan dan
menyebarkan hasil kebudayaan dan seni. Mengembangkan kebudayaan maksudnya yaitu
mengembangkan kebudayaan serta imajinasi dan mendorong kreatifitas dan
kebutuhan estetikanya.
D.
Tahap Proses Komunikasi
Menurut Cutlip
dan Center, komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui 4 tahap,
yaitu:
1.
Fact Finding
Mengumpulkan
fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
2.
Planning
Berdasarkan
fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan
bagaimana mengemukakannya.
3.
Komunikasi
Dalam melakukan
komunikasi pada lansia sebaiknya menggunakan bahasa sehari-hari dan mudah
dipahami serta dimengerti.
4. Evaluation
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut dan kemudian menjadi bahan perencanaan untuk melakukan komunikasi selanjutnya.
Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi tersebut dan kemudian menjadi bahan perencanaan untuk melakukan komunikasi selanjutnya.
E.
Komponen Dalam Komunikasi
1.
Pembicara : Orang yang
menyampaikan pesan.
2.
Pendengar : Orang yang
menerima pesan.
3.
Pesan verbal : Kata
kata yang secara actual diucapkan atau disampaikan.
4.
Pesan nonverbal: Kesan
yang ditangkap saat kata kata tersebut diucapkan termasuk ekspresi wajah,
tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan kosa kata yang digunakan.
5.
Umpan Balik : Respon berupa tanggapan
baik verbal maupun non verbal.
6.
Konteks : Fisik dan lingkungan
sosial atau pengaturan dalam pesan yang dikirim.
7.
Persepsi : Kemampuan untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan informasi indrawi menjadi dimengerti dan bermakna.
8. Evaluasi : Kemampuan menganalisa informasi yang diterima, berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan masa lalu.
F.
Faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi dengan Lansia
1. Komunikasi pada lanjut usia
dapatmenjadi lebih sulit akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan
penurunan memori
2. Pasien lanjut
usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai
kewenangan tenaga kesehatan
3. Ageism lazim dijumpai pada
perawatan kesehatan dan secara tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi
dengan pasien lanjut usia
4. Penyakit Kronis
G.
Teknik Umum Komunikasi
dengan Lansia
1.
Menunjukkan Hormat dan
Keprihatinan
Didasari pada rasa hormat
kepada pasien dan memahami
serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang unik
a. Rasa hormat ditunjukkan dengan
sapaan formal
b. Pandangan mata menunjukkan
apresiasi
c. Sentuhan lembut di tangan,
lengan, atau pundak menunjukkan rasa turut prihatin dan perhatian
2.
Memastikan bahwa Pasien Didengar
dan Dipahami
a. Mempertahankan langkah yang
tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara
pasien lanjut usia dan dokter
b. Membiarkan pasien lanjut
usia untuk berbicara beberapa menit tentang masalahnya tanpa interupsi akan memberikan
lebih banyak informasi
c. Berbicara pelan, jelas, dan
keras tanpa berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan
sederhana. Karena pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan
menunggu untuk ditanya
3.
Menghindari Ageism
Ageism, suatu
istilah yang pertama disampaikan oleh Robert Butler, berupa prasangka diskriminasi
terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut
Ageism adalah
hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan berupa:
a. Meremehkan masalah medis
b. Menggunakan bahasa yang
bersifat merendahkan
c. Menggunakan panggilan yang
bernada menghina
d. Menghabiskan lebih sedikit
masalah psikososial
a. Untuk menghindarkan ageism:
e. Kenali pasien lanjut usia
sebagai satu pribadi dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas
f. Pendekatan ini memungkinkan
anda untuk menemui setiap pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan
pengalaman seumur hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan
lemah
4.
Mengenal Kultur dan Budaya
Mengenal latar belakang
kultur dan budaya pasien akan mempengaruhi persepsi pasien terhadap baik dan
berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan.
H.
Keterampilan Komunikasi
Terapeutik Pada Lansia
1. Keterampilan Komunikasi
Terapeutik, dapat meliputi:
·
Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
·
Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab,
berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
·
Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan
latar belakang sosiokulturalnya.
·
Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berfikir abstrak.
·
Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan
menyentuh pasien.
·
Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi
tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada.
·
Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien
memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
·
Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan
mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
·
Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat
yang baru dan asing bagi pasien.
·
Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus
dibuat senyaman mungkin.
·
Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan
kondisi lansia yang sensitive terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau
perubahan kemampuan penglihatan.
·
Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara
kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
·
Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu
wawancara.
2. Prinsip Gerontologis untuk
Komunikasi:
·
Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
·
Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
·
Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
·
Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
·
Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung
dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
·
Berdiri di depan klien.
·
Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
·
Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
·
Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti
perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.
·
Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
·
Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu
tugas atau keahlian.
good :) ..
BalasHapusdan cinta indonesia dengan background batik, hehe
OK, terimakasih :D
Hapus