A.
Konsep Dasar
1.
Pengertian
Pedikulosis
adalah penyakit infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan dengan
pediculus (tergolong family pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit
ini juga menyerang binatang. (Adhi
Djuanda, 1998)
Pedikulosis
adalah infeksi kulit / rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat
pediculus humarus. (Arif Mansjoer, 2000)
a. Pedikulosis capitis
Infestasi kutu yang menyerang
rambut di kepala
b. Pedikulosis carporis
Infestasi kutu pediculus
humanus carporis pada badan
c. Pedikulosis pubis
Infestasi
oleh phthirus pubis yang menyerang daerah genital
2.
Etiologi Pedikulosis
a. Pedikulosis capitis
Etiologi dari Pedikulosis capitis
adalah pediculus humanus var. capitis. Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang
kaki, berwarna abu-abu dan merah jika telah menghisap darah.
b. Pedikulosis carpotis
Etiologi dari Pedikulosis
carporis adalah Pedialus humarus var. Carporis Pediculus humarus var.carporis
mempunyai 2 jenis kelamin, yakni jantan dan betina berukuran panjang 1,2 – 4,2
mm dan lebar kira – kira ½ panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil
c. Pedikulosis Pubis
Etiologi dari Pedikulosis
Pubis adalah Phthirus pubis. Kutu ini juga mempunyai 2 jenis kelamin, yang
betina lebih besar daripada yang jantan. Panjangnya sama dengan lebarnya yaitu
1 -2 mm.
3.
Patofisiologi
P. Humarus var.
capitis dan p. Humarus var.carporis adalah penyebab dari Infeksi kulit
parasitik pedikulosis. P. Humarus var.capitis dan P. Humarus var.carporis
berkembang biak sesuai dengan siklus hidup tuma yaitu telur, larva, nimpa dan
akhirnya tumbuh dewasa. Pada saat bertelur (nits) mereka akan berada
disepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut manusia dan cara penularan
mereka adalah melalui kontak langsung dan tidak langsung. Pada masa siklus
nimpa, mereka akan turun ke dasar rambut kemudian berkembang biak menjadi
dewasa dan mengeluarkan sekret yang dimasukkan ke dalam kulit sewaktu menghisap
darah, mengakibatkan timbulnya rasa gatal yang hebat dan adanya rasa panas
dikulit kepala. Akibat garukan tersebut maka akan timbul kelainan kulit lainnya
seperti erosi, ekskotiasi dan infeksi sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan
berbagai komplikasi diantaranya Pioderma ( infeksi kulit yang terbebtuk pus )
dan terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Pedikulosis Pubis
disebabkan oleh phthirus pubis yang dalam siklus hidupnya mengalami morfologi
yaitu telur, larva, nimpa dan tumbuh menjadi kutu dewasa. Kutu tersebut masuk
melalui kulit / folikel rambut dan menghisap darah dengan mengeluarkan saliva
yang dapat mengubah bilirubin menjadi biliverdin. Hal tersebut menimbulkan
makula pada tubuh, paha, ketiak yang berwarna coklat kemerahan disebut juga
makula scrulae sehingga mengakibatkan rasa gatal yang hebat. Timbullah lesi
yang diakibatkan dari garukan dan adanya bercak hitam yang twerdapat pada
celana dalam akibat krusta. Pada akhirnya mengakibatkan infeksi sekunder dengan
pembesaran KGB regional.
Cara penularan
a. Pedikulosis Capitis
Pada lingkungan yang padat,
anak-anak, cara penularannya melalui benda perantara, misalnya : sisir, bantal,
kasur, topi, sikat rambut, wig, bantal dan sprei.
b. Pedikulosis Corpotis
Pada orang dewasa dengan
hygiene yang buruk (jarang mandi/ganti pakaian), cara penularannya dapat
melalui pakaian maupun kontak langsung.
c. Pedikulosis Pubis
Pada orang dewasa, PMS serta
mengenai jenggot dan kumis, pada anak-anak pada alis / bulu mata. Cara
penularannya umumnya kontak langsung, hubungan seks atau dengan benda seperti
pakaian, handuk dan sprei.
4.
Manifestasi Klinis
a. Rasa gatal yang hebat terutama daerah
oksiput, temporal dan pubis.
b. Rasa panas di sekitar kulit kepala
c. Pruritis
d. Eritema, iritasi dan infeksi sekunder
akibat garukan.
e. Kulit kering dan bersisik dengan
daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
f. Ditemukan kutu atau telur kutu.
g. Rambut akan bergumpal, berbau busuk akibat
banyaknya pus dan krusta.
h. Pembesaran kelenjar getah bening regional.
i.
Adanya
kelainan di kulit berupa garis-garis bekas garukan dan bintik-bintik kemerahan
yang kecil dan khas.
5.
Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesis
Riwayat keluhan penderita,
riwayat adanya penyakit yang sama pada keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
§ Ditemukan telur/kutu dengan pemeriksaan
secara seksama terutama apabila dicari di daerah oksiput dan temporal.
§ Telur berwarna abu-abu dan berkilat.
§ Adanya lesi akibat garukan dan kelainan
kulit.
§ Pembesaran kelenjar getah bening regional.
c. Pemeriksaan mikroskop
§ Ditemukan telur kutu yang menempel pada
batang rambut.
§ Ditemukan kutu dan telur pada serat kapas
pakaian.
6.
Penatalaksanaan
a. Pedikulosis Capitis
§ Pengobatan yang dianggap terbaik ialah
malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk lasio atau spray
Cara pemakaian : malam sebelum tidur cuci
rambut dengan shampo
kemudian oleskan losio
malathion dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya cuci rambut dengan
shampo lalu disisir dengan serit. Pengobatan dapat diulang lagi seminggu
kemudian jika masih terdapat kutu atau telur kutu.
§ Pengobatan lain dan cukup efektif ialah
krim gameksan 1%.
Cara pemakaian : setelah
dioleskan dan didiamkan selama 12 jam, cuci
dan sisir rambut dengan serit
agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu
kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi benzil benzoat
25%, dipakai dengan cara yang sama.
§ Pada keadaan infeksi sekunder berat,
sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan antibiotik sistemik dan topikal,
preparat antipruritus, lalu disusul dengan obat di atas dalam bentuk shampo.
§ Semua barang, pakaian, handuk dan
perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci
dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering
(dry cleaning) untuk mencegah infeksi silang.
§ Perabot, permadani dan karpet yang berbulu
halus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner.
§ Sisir dan sikat rambut juga harus
didesinfeksi dengan shampo.
§ Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien
harus diobati.
b. Pediculosis Corporis
§ Dengan menggunakan krim gamekson 1% yang
dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam, setelah itu mandi, jika
belum sembuh diulangi 4 hari kemudian.
§ Pengobatan lain ialah emulsi benzil
benzoat 25% dan bubk malathion 2%.
§ Pakaian direbus atau disetrika untuk
membunuh telur dan kutu.
§ Jika terdapat infeksi sekunder, obati
dengan antibiotik sistemik dan topikal.
c. Pediculosis Pubis
§ Harus dicari penyakit menular seksual lain
yang mungkin menyertai pedikulosis pubis sering diderita bersamaan dengan PMS
lain, seperti gonorrhea, trikomoniasis, skabies, kandidosis dan sifilis.
§ Pasangan seks atau anggota keluarga harus
diperiksa jika perlu diobati.
§ Pakaian dalam, handuk dan sprei dicuci
dengan air panas dan disetrika, atau jangan dipakai sedikitnya selama 3 hari.
§ Shampo gameksan (Lindare) 1% yang
dioleskan selama 4 menit kemudian dicuci.
§ Krim permithrin 1 % yang dioleskan selama
10 menit kemudian dicuci.
§ Salep mata oklusif pada tepi kelopak mata,
2 kali sehari selama 10 hari.
§ Salep mata fisostigmin 0,25%, 4 kali
sehari selama 3 hari.
§ Sebaiknya rambut kelamin dicukur.
§ Setelah 1 minggu dilakukan evaluasi, bila
masih ditemukan kutu atau telurnya pada pangkal rambut, maka therapi harus
diulang. Untuk rasa gatal yang menetap karena sensitasi, dapat diberikan anti
inflamasi ringan seperti krim hidrokortison 1%, 2 kali sehari.
Pendidikan kesehatan pada
klien pedikulosis
§ Adanya penyuluhan dan penjelasan bahwa
tuma dapat menjangkit setiap orang dan keadaan ini menyebar dengan cepat dan
terapinya harus segera dimulai.
§ Anjurkan kepada masyarakat untuk tidak
memakai sisir, sikat rambut dan topi yang sama.
§ Perlunya penyuluhan mengenai hygiene
perorangan dan cara-cara pencegahan / mengendalikan infestasi kutu.
§ Untuk pasien dan pasangan seksualnya,
harus dilakukan pemeriksaan diagnostik terhadap penyakit menular seksual.
7.
Komplikasi
a. Pruritus yang hebat
b. Pioderma
c. Dermatitis
d. Pembesaran kelenjar getah bening.
B.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Pedikulosis
1.
Pengkajian
a. Data biografi (nama, umur, pekerjaan,
alamat, dll)
b. Riwayat kesehatan lalu
§ Riwayat personal hygiene yang buruk
§ Sering berganti pakaian secara
bersama-sama
§ Penyakit menular seksual : sifilis,
gonorrhea.
c. Riwayat kesehatan keluarga
§ Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama, sehingga penularan penyakit dapat terjadi.
§ Keluarga / pasangan yang menderita PMS
§ Hygiene anggota keluarga yang buruk.
d. Riwayat kesehatan sekarang
§ Integritas ego
Gejala : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir, menarik diri.
Tanda : gelisah, pucat, kurang percaya diri
§ Nyeri dan kenyamanan
Tanda : gatal pada daerah temporal, occiput dan pubis
Rasa panas di kulit kepala,
eritema, iritasi dan kulit kering, bersisik, adanya bekas garukan dan
bintik-bintik kemerahan.
Adanya lesi, krusta akibat
garukan.
§ Keamanan
Keadaan pada kulit : adanya
lesi, pus dan krusta, pembesaran kelenjar
getah bening.
Keadaan pada rambut : rambut bergumpal dan berbau busuk, infeksi
sekunder akibat garukan,
ditemukannya kutu / telur kutu.
§ Interaksi sosial
Tanda : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perasa-
an malu, dan minder.
§ Penyuluhan / pembelajaran
Tanda : - Ketidaktahuan /
ketidakadekuatan mengenai penyebab,
proses penyakit dan
pengobatan.
-
Riwayat
PMS seperti gonorrhea, trikomoniasis, scabies, kandidoasis.
-
Riwayat
keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal
b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran lendir.
b. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi
akibat garukan.
c. Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri.
d. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan
pertahanan primer
e. Kurang pengetahuan mengenai proses
penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan b.d kurangnya informasi.
3.
Intervensi
a. Dx. 1 Gangguan rasa nyaman & nyeri :
gatal b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran lendir
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, rasa
nyeri klien berkurang
KH :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan skala nyeri 0-1
-
Klien
tampak rileks
-
Gatal
(-)
Intervensi :
1) Kaji keluhan nyeri / gatal, lokasi,
frekuensi, intensitas (skala) dan waktu
R/ dengan
mengkaji keluhan nyeri / gatal
dapat diperoleh data yang
dibutuhkan untuk intervensi
selanjutnya.
2) Observasi petunjuk non verbal gatal, misal
: menggaruk, ekspresi wajah.
R/ Rasa gatal merupakan petunjuk non verbal dapat membantu
meng-
evaluasi rasa gatal dan
keefektifan perawatan.
3) Ajarkan klien untuk melakukan tehnik
mengurangi nyeri / gatal :
relaksasi dan distraksi, terutama bila
keluhan gatal timbul.
R/ tehnik relaksasi dan distraksi dapat
mengurangi nyeri / gatal.
4) Berikan pendkes tentang efek menggaruk
dengan benar daerah yang nyeri / gatal, misalnya dengan menggaruk dengan ujung
jari kuku dan garukan yang keras, melainkan dengan permukaan kuku-kuku jari dan
garukan perlahan.
R/ dengan
adanya pendkes dapat
mencgah terjadinya infeksi
yang
lebih akut serta erosi.
5) Anjurkan pada klien untuk menggunakan
sarung tangan kain lembut
R/ sarung tangan kain
yang lembut dapat
mengurangi iritasi akibat
garukan.
6) Bersihkan kutu / telur pada batang rambut
menggunakan sisir yang rapat.
R/ mengurangi rasa gatal akibat gigitan kutu.
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika
perlu
R/ analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat
antipruritus (anti gatal)
R/ anti pruritus dapat mengurangi rasa gatal.
b. Dx. 2 Kerusakan integritas kulit b.d
adanya lesi akibat garukan.
Tujuan : setelah
dilakukan intervensi, integritas
kulit klien kembali
utuh.
KH : - Lesi (-) - Iritasi (-)
-
Pruritus
(-) - Erosi (-)
-
Eritema
(-) - kulit lembut dan elastis.
Intervensi :
1) Kaji keadaan kulit, warna, turgor kulit
dan sirkulasi
R/ menentuan data dasar untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
2) Anjurkan kepada klien untuk mempertahankan
hygiene kulit, misal dengan mandi menggunakan sabun antiseptik, kemudian
mengeringkannya secara hati-hati dan menggunakan lotion serta melakukan
massase.
R/ mempertahankan kebersihan
karena kulit yang kering dapat men-
jadi barier infeksi.
Pembasuhan kulit kering sebagai ganti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal
pada kulit yang kering / rapuh. Massase meningkatkan sirkulasi kulit dan
meningkatkan kenyamanan.
3) Anjurkan klin untuk menggunting kuku
secara teratur
R/ kuku
yang panjang / kasar meningkatkan resiko kerusakan dermal
akibat garukan.
4) Tutup luka dengan pembalut steril apabila
lukanya besar lerosi, okskariasi dan infeksi sekunder.
R/ dapat
mengurangi kontaminasi bakteri
dan meningkatkan proses
penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
topikal / sistemik sesuai indikasi.
R/ oabt-obatan
topikal dapat meningkatkan
penyembuhan lesi dan
menghindari kontaminasi
silang.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat penghilangan
kutu (pedytox, grimekson)
R/ pemberian
obat menghilang kutu
dapat mengurangi kerusakan
integritas kulit karena
penyebab kerusakan integritas kulit berkurang / hilang.
7) Kolaborasi dalam pemberian bedak / lotion
antiseptik
R/ bedak / lotion antiseptik
dapat mengurangi kerusakan
integritas
kulit.
c. Dx. 3 Gangguan konsep diri : HDR b.d perubahan gambaran diri
Tujuan : setelah
dilakukan intervensi konsep
diri klien kembali me-
ningkat
KH : - Percaya diri klien meningkat
-
Menarik
diri (-)
-
Koping
individu klien efektif
-
Klien
dapat berinteraksi sosial dengan baik.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya saat merawat
klien
R/ dengan
terbinanya hubungan saling
percaya dapat memudahkan
intervensi selanjutnya.
2) Kaji perasaan yang dialami oleh klien
tentang perubahan gambaran tubuhnya.
R/ mengetahui
sejauh mana perasaan klien terhadap perubahan gam-
baran tubuhnya.
3) Anjurkan klien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan pertanyaan terbuka
R / perasaan
citra diri yang negatif dapat
menunjukkan adanya keke-
cewaan akibat perubahan citra
diri yang dialaminya dan membantu klien untuk menerima masalahnya.
4) Upayakan lingkungan yang aman dan tenang
R/ lingkungan
yang tenang dapat menurunkan kecemasan klien yang
berdampak pada konsep diri
klien.
5) Jelaskan pada klien tentang perubahan yang
terjadi pada dirinya.
R/ dengan adanya informasi yang adekuat dapat
mengurangi keemasan
klien.
6) Anjurkan adanya keberadaan anggota
keluarga atau orang terdekat di samping klien.
R/ berguna untuk memberikan dukungan kepada
klien dan meningkat-
kan support sistem klien.
7) Berikan penguatan positif terhadap
upaya-upaya yang dilakukan klien, beri sentuhan dan kata-kata yang menyejukkan
sebagai penguatan.
R/ meningkatkan
percaya diri individu
terhadap kemampuan sendiri
untuk mengatasi masalah yang
dialami oleh klien.
d. Dx. 4 Resiko penyebaran infeksi b.d
kerusakan pertahanan primer
Tujuan : setelah melakukan intervensi, penyebaran infeksi tidak
terjadi
KH : - Tanda-tanda infeksi (-) (tumot (-), rubor
(-), kalor (-),
dolor (-), fungsiolaesa (-))
-
TTV
dalam batas normal : suhu 36,1-37oC
-
Tidak
adanya kutu maupun telur kutu pada klien.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor, rubor,
kalor, dolor, fungsiolaesa)
R/ menentukan data dasar untuk melakukan
intervensi selanjutnya
2) Anjurkan pentingnya tehnik cuci tangan
yang baik untuk semua individu yang kontak dengan pasien.
R/ mencegah kontaminasi silang, menurunkan
resiko infeksi
3) Anjurkan klien untuk mencuci dengan air
panas, sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering (dry cleaning)
semua barang, pakaian, handuk, perangkat tempat tidur.
R/ mencegah kontaminasi silang, mencegah terpajan dari organisme
infeksius.
4) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan
sisir, pakaian, bantal, handuk (alat tenun) secara bergantian
R/ untuk mengurangi kontaminasi silang
5) Batasi pengunjung, jelaskan prosedur
isolasi terhadap pengunjung bila perlu
R/ mencegah
kontaminasi silang pada
pengunjung masalah resiko
infeksi harus seimbang melawan
kebutuhan pasien untuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
6) Anjurkan kepada klien untuk tidak
bergonta-ganti pasangan seks
R/ gonta-ganti pasangan seks dapat menyebabkan
infeksi silang karena
adanya kontak langsung
7) Anjurkan klien untuk mencukur atau
mengikat rambut di sekitar area yang terdapat kutu.
R/ rambut media yang baik untuk pertumbuhan
kutu.
8) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
topikal (salep), shampo gameksan, krim.
R/ dapat mengurangi dan menghambat pertumbuhan
kutu.
e. Dx. 5 Kurang pengetahuan mengenai proses
penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan b.d kurangnya informasi
Tujuan : pengetahuan klien dan keluarga meningkat setelah dilakukan
intervensi
KH : - Klien
dan keluarga dapat memahami tentang proses
penyakit, perawatan dan pengobatan.
-
Klien
terlihat kooperatif dalam pengobatan /berpartisipasi
-
Klien
terlihat tidak bertanya-tanya lagi
-
Klien
melakukan tindakan benar dan dapat menjelaskan alasannya
-
Klien
melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
R/ mengetahui sejauh mana klien mengerti
mengenai penyakitnya dan
prosedur pengobatan
2) Diskusikan tentang diagnosa penyakit dan
cara perawatan berikutnya
R/ menambah pengetahuan klien mengenai
penyakitnya
3) Diskusikan tentang pengobatan, nama,
jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya
R/ memberi
struktur dan mengurangi ansietas
pada waktu menangani
proses penyakitnya.
4) Anjukan klien untuk mengekspresikan
perasaannya
R/ mengetahui sejauh mana perasaan klien
terhadap penyakitnya.
5) Beri kesempatan klien untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami
R/ mengetahui sejauh mana tingkat pengetahun dan
pemahaman klien
tentang proses penyakit,
perawatan dan pengobatan.
6) Jelaskan pada klien mengenai proses
penyakit dan cara pemakaian obat serta efek samping yang ungkin timbul.
R/ memberikan
informasi untuk membentuk klien dalam memahami
dan mengatasi situasi
7) Berikan pendkes mengenai proses
penyakitnya, perawatan dan pengobatan, misalnya meningkatkan personal hygiene.
R/ peningkatan pengetahuan pada klien dapat
meminimalkan terjadi-
nya komplikasi.
8) Evaluasi klien dalam pemahaman klien
mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur pengobatannya.
R/ pemantauan sendiri meningkatkan pemahaman klien dalam peme-
liharaan kesehatan dan
mencegah terjadinya komplikasi.
4.
Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai
intervensi dan kondisi klien
5.
Evaluasi
a. Rasa nyaman, nyeri dan gatal klien hilang
/ terkontrol
b. Integritas kulit klien utuh
c. Konsep diri klien adekuat
d. Penyebaran infeksi tidak terjadi
e. Pengetahuan klien bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar