BRONKHITIS
KRONIS
A. Definisi
Merupakan penyakit di saluran napas yang diakibatkan oleh
rekasi keradangan yang berlangsung lama dan selanjutnya akan berkembang menjadi
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM), karena kelainan yang ada di selaput
lendir akan menimbulkan gejala berupa penyumbatan.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif
kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam
2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain
(Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
B. Etiologi
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang
lebih jelek.
C. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain
yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat
aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel
penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel
– sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit
dikeluarkan dari saluran nafas.
D.
Manifestasi
Klinis
1.
Keluhan
dan Gejala
Keluhan dan gejala-gejala klinis
Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
·
Batuk
dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak
dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang
dapat dijumpai batuk darah.
·
Sesak
napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
·
Adakalanya
terdengar suara mengi (ngik-ngik).
·
Pada
pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama
saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran
napas.
Secara klinis, Bronkitis kronis
terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
·
Bronkitis
kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan.
·
Bronkitis
kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
·
Bronkitis
kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis with obstruction),
ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara
mengi.
Untuk
membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis
oleh dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi
(rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis.
·
Kadang – kadang terdengar ronchi pada waktu
ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu
ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi.
·
Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru
seperti barrel chest, kifosis
·
Pada perkusi terdengar hipersonor
·
Peranjakan hati mengecil
·
Batas paru hati lebih ke bawah
·
Pekak jantung berkurang
·
Suara nafas dan suara jantung lemah,
·
Kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot
pernafasan tambahan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan
bronchus yang menebal.
Corak paru bertambah
Corak paru bertambah
b. Pemeriksaan fungsi paru
·
VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.
·
KV (kapasitas vital) : menurun (normal 3,1 liter
- 4,8 liter)
·
VR (volume residu) : bertambah (normal 1,1 liter
- 1,2 liter)
·
KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2
liter - 6,0 liter)
·
KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit
naik/normal (normal 1,8ltr - 2,2 ltr)
c. Analisa gas darah
·
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
·
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
·
Saturasi hemoglobin menurun
·
Eritropoesis bertambah.
E.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah timbulnya
penyulit, meliputi:
- Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
- Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
- Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
- Oksigenasi (terapi oksigen)
- Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
- Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Para
penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke dokter
manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar
segera mendapatkan pengobatan yang tepat.
F.
Prognosis
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKHITIS
A.
Pengkajian
Data dasar pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Gejala :
·
Keletihan, kelelahan, malaise.
·
Ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari – hari.
·
Ketidakmampuan untuk tidur.
·
Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
2.
Kelemahan
umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
·
Peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi jantung/takikardia berat.
·
Distensi vena leher.
·
Edema dependent
·
Bunyi jantung redup.
·
Warna kulit/membran mukosa
normal/cyanosis
·
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
3.
Integritas
Ego
Gejala :
·
Peningkatan faktor resiko
·
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4.
Makanan/cairan
Gejala :
Gejala :
·
Mual/muntah.
·
Nafsu makan buruk/anoreksia
·
Ketidakmampuan untuk makan
·
Penurunan berat badan, peningkatan berat
badan
Tanda :
·
Turgor kulit buruk
·
Edema dependen
·
Berkeringat.
·
Penurunan berat badan
·
Palpitasi abdomen
5.
Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
6.
Pernafasan
Gejala :
Gejala :
·
Batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun.
·
Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
·
Pernafasan biasa cepat.
·
Penggunaan otot bantu pernafasan
·
Bentuk barel chest, gerakan diafragma
minimal.
·
Bunyi nafas ronchi
·
Perkusi hyperresonan pada area paru.
·
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan
dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
7.
Keamanan
Gejala :
Gejala :
·
Riwayat reaksi alergi terhadap
zat/faktor lingkungan.
·
Adanya/berulangnya infeksi.
8.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
Gejala : Penurunan libido
9.
Interaksi
sosial
Gejala :
·
Hubungan ketergantungan
·
Kegagalan dukungan/terhadap
pasangan/orang dekat
10. Penyakit lama/ketidakmampuan
membaik.
Tanda
: Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan
Pemeriksaan diagnostik
1.
Sinar
x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru,
mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama
periode remisi.
2.
Tes
fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe,
melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.
3. Analisa gas darah : Untuk menentukan
kandungan gas yang berada dalam darah
B. Diagnosa Keperawatan
·
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
·
Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
·
Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan broncokontriksi, mukus.
·
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
·
Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
·
Intoleran aktifitas berhubungan dengan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
·
Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
·
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.
C. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau
bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol
dispoe dan menurunkan jebakan udara.
d. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,
khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000
ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret
mempermudah pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan
dan kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas
dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi
duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea
dan kerja nafas
c. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran
udara atau area konsolidasi
d. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah
dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
e. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun
sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi
hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan
pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi.
Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas
dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas
tanpa distres berlebihan.
c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan
otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena
dispnea, produksi sputum.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster.
c. Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang
dapat membuat mual dan muntah.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
e. Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan
individu memberikan nutrisi maksimal.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko
tinggi
Rencana Tindakan:
a. Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
b. Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan
adanya infeksi.
c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang
pembuangan sputum.
Rasional : mencegah penyebaran patogen.
d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi
adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang
teridentifikasi dengan kultur.
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
a. Dukung pasien dalam menegakkan latihan
teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang
sesuai.
Rasional : Otot-otot yang mengalami
kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan
status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan
ansietas.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang,
berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
b. Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi
untuk menerima keadaan penyakit yang dialami.
c. Beri dorongan mengungkapkan
ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan
mengurangi beban pikiran yang dirasakan
d. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya
sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
e. Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani
perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
8. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Rencana tindakan:
a. Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
partisipasi pada rencana pengobatan.
b. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif
dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu
meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
c. Diskusikan faktor individu yang
meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial
dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.
D. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan
nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan
informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan
Keperawatan)
E. Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat,
masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat,
kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi
Anna, 1994, Proses Keperawatan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar