BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
- Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah.
- ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. (ITP pada anak tersering terjadi pada umur 2 – 8 tahun), lebih sering terjadi pada wanita
- ITP adalah singkatan dari Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit). Purpura berarti seseorang memiliki luka memar yang banyak (berlebihan).
- Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. Idiophatic (Autoimmune) Trobocytopenic Purpura (ITP/ATP) merupakan kelainan autoimun dimana autoanti body Ig G dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah antigen pada permukaan trombosit dibentuk.
- Meskipun antibodi anti trombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis langsung. Insident tersering pada usia 20-50 tahum dan lebih sering pada wanita dibanding laki-laki (2:1). (Arief mansoer, dkk)
B.
ETIOLOGI
·
Hipersplenisme.
·
Infeksi
virus.
· Intoksikasi
makanan / obat (asetosal para amino salisilat (PAS). Fenil butazon, diamokkina,
sedormid).
·
Bahan
kimia.
·
Pengaruh
fisi (radiasi, panas).
·
Kekurangan
factor pematangan (malnutrisi).
·
Koagulasi
intra vascular diseminata CKID.
·
Autoimune.
Jenis
ITP:
1.
Akut.
a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada
anak.
b. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan
setelah diagnosis (remisi spontan).
c. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2.
Kronik
a. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6
bulan setelah diagnosis.
b. Awitan tersembunyi dan berbahaya.
c. Jumlah trombosit tetap di bawah normal
selama penyakit.
d. Bentuk ini terutama pada orang dewasa.
3.
Kambuhan
a. Mula-mula terjadi trombositopenia.
b. Relaps berulang.
c. Jumlah trombosit kembali normal diantara
waktu kambuh.
C.
Patofisiologi
D.
Manifestasi Klinis
1.
Tanda dan Gejala
a. Masa prodormal, keletihan, demam dan
nyeri abdomen.
b. Secara spontan timbul petekie dan
ekimosis pada kulit.
c. Epistaksis.
d. Perdarahan mukosa mulut.
e. Menoragia.
f. Memar.
2.
Pemeriksaan Penunjang
·
Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan Trombosit <10.000/ml. Terkadang dapat
terjadi anemia ringan yang disebabkan oleh perdarahan.
·
Pemerisaan
Morfologi sel darah normal, kecuali trombosit yang agak membesar
(Megakariosit). Megakariosit merupakan trombosit yang dihasilkan sebagai respon
dari destruksi trombosit.
·
Pemeriksaan
Leukosit normal
·
Pada
pemeriksaan sumsum tulang terlihat normal dengan jumlah megakariosit normal
atau meningkat
·
Masa
Perdarahan memanjang
E.
Penatalaksanaan
·
ITP Akut
·
Ringan:
observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
·
Bila
setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
·
Bila
tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
·
Bila
keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
·
ITP Menahun
·
Kortikosteroid
diberikan selama 5 bulan.
Missal: prednisone 2 – 5
mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan
immunoglobulin (IV).
·
Imunosupressan:
6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
o Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
o Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral.
·
Splenektomi.
Indikasi:
o Resisten terhadap pemberian
kortikosteroid dan imunosupresif selama 2 – 3 bulan.
o Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu
6 bulan pemberian kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai
berat.
Kontra indikasi:
o Anak usia sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap
infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar
getah bening dan thymus)
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PENYAKIT ITP
A.
Pengkajian
1.
Asimtomatik sampai jumlah trombosit
menurun di bawah 20.000.
2.
Tanda-tanda perdarahan.
·
Petekie
terjadi spontan.
·
Ekimosis
terjadi pada daerah trauma minor.
·
Perdarahan
dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
·
Menoragie.
·
Hematuria.
·
Perdarahan
gastrointestinal.
3.
Perdarahan berlebih setelah
prosedur bedah.
4.
Aktivitas / istirahat.
Gejala :
·
keletihan,
kelemahan, malaise umum.
·
toleransi
terhadap latihan rendah.
Tanda
·
takikardia
/ takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat.
·
kelemahan
otot dan penurunan kekuatan.
5.
Sirkulasi.
Gejala :
·
riwayat
kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat.
·
palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda :
·
TD:
peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
6.
Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya
mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse darah.
Tanda :Depresi
7.
Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan
darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
8.
Makanan / cairan.
Gejala :
·
penurunan
masukan diet.
·
mual
dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak
kusut, hilang elastisitas.
9.
Neurosensori.
Gejala :
·
sakit
kepala, pusing.
·
kelemahan,
penurunan penglihatan.
Tanda :
·
epistaksis.
·
mental:
tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
10.
Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
11.
Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
12.
Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk
sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
B.
Diagnosa Keperawatan
- Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat perdarahan
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
- Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
- Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
- Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
C.
Intervensi Keperawatan
1.
Defisit
volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat perdarahan
Kriteria Hasil:
·
Keseimbangan cairan kembali ke kondisi
normal
·
Klien tidak muntah lagi
·
Klien mengkonsumsi makanan dan minuman
dalam jumlah adekuat
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji
status intake dan output cairan
b. Timbang
BB setiap hari
c. Beri
cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
d. Anjurkan
klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
e. Tranfusi
darah
|
a. Pengkajian
tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi
b. Penurunan
BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
c. Mencegah
kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Pemberian
cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
e. Mengganti
darah yang hilang akibat proses penyakit
|
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi dan
cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan:
·
Menghilangkan
mual dan muntah
Kriteria hasil:
·
Menunjukkan
berat badan stabil
Intervensi
|
Rasional
|
a. Berikan nutrisi yang adekuat secara
kualitas maupun kuantitas.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
c. Pantau pemasukan makanan dan timbang
berat badan setiap hari.
d. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
e. Libatkan keluarga pasien dalam
perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
|
a. Mencukupi kebutuhan kalori setiap
hari.
b. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan
masukan yang sesuai dengan kalori.
c. Anoreksia dan kelemahan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan dan malnutrisi yang serius.
d. Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
e. Meningkatkan rasa keterlibatannya,
memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
|
3.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrisi ke sel.
Tujuan:
·
Tekanan
darah normal.
·
Pangisian
kapiler baik.
Kriteria hasil:
·
Menunjukkan
perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
Intervensi
|
Rasional
|
a. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.
c. Kaji untuk respon verbal melambat,
mudah terangasang.
d. Awasi upaya parnafasan, auskultasi
bunyi nafas.
|
a. Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
b. Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
c. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi
serebral karena hipoksia.
d. Dispne karena regangan jantung lama/
peningkatan kompensasi curah jantung.
|
4.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah.
Tujuan:
·
Mengurangi
distress pernafasan.
Kriteria hasil:
·
Mempertahankan
pola pernafasan normal / efektif
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji / awasi frekuensi pernafasan,
kedalaman dan irama.
b. Tempatkan pasien pada posisi yang
nyaman.
c. Beri posisi dan Bantu ubah posisi
secara periodic.
d. Bantu dengan teknik nafas dalam.
|
a. Perubahan (seperti takipnea, dispnea,
penggunaan otot aksesoris) dapat menindikasikan berlanjutnya keterlibatan/pengaruh
pernafasan yang membutuhkan upaya intervensi.
b. Memaksimalkan ekspansi paru,
menurunkan kerja pernafasan dan menurunkan resiko aspirasi.
c. Meningkatkan areasi semua segmen paru
dan mobilisasikan sekresi.
d. Membantu meningkatkan difusi gas dan
ekspansi jalan nafas kecil.
|
5.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan.
Tujuan:
·
Meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas.
Kriteria hasil:
·
Menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas.
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji kemampuan pasien dlm melakukan
aktivitas
b. Awasi TD, nadi, pernafasan.
c. Berikan lingkungan tenang.
d. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan
pantau terhadap pusing.
|
a. mempengaruhi pilihan intervensi.
b. manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung
dan paru untuk membawa jumlah oksigen ke jaringan.
c. meningkatkan istirahat untuk
menurunkan keb oksigen tubuh.
d. hipotensi postural / hipoksin serebral
menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
|
6.
Kurang pengetahuan pada keluarga
tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi
informasi.
Tujuan:
·
Pemahaman
dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Kriteria hasil:
·
Menyatakan
pemahaman proses penyakit.
·
Faham
akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
a. Berikan informasi tntang ITP.
Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya ITP.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk
pemeriksaan diagnostic.
c. Jelaskan bahwa darah yang diambil
untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk ITP.
|
a. Memberikan dasar pengetahuan sehingga
keluarga / pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
b. Ketidak tahuan meningkatkan stress.
c. Merupakan kekwatiran yang tidak diungkapkan
yang dapat memperkuat ansietas pasien / keluarga.
|
D.
Evaluasi Keperawatan
·
Keseimbangan cairan kembali ke
kondisi normal
·
Menunjukkan
berat badan stabil
·
Menunjukkan
perbaikan perfusi yang dibuktikan dengan TTV stabil.
·
Mempertahankan
pola pernafasan normal / efektif
·
Menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas.
·
Menyatakan
pemahaman proses penyakit.
·
Faham
akan prosedur dagnostik dan rencana pengobatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar