Rabu, 20 November 2013

ASUHAN KEPERAWATAN ANKILOSING SPONDILITIS



A.    Konsep Dasar Ankilosing Spondilitis
1.      Definisi
Ankilosing spondilitis atau remathoid spondilitis disebut juga penyakit Bechtereu, artitis marie strompell dan Reumatosa Rhezo Malica, penyakit ini lebih sering mengenai pria dari pada wanita, yang timbul secara bertahap dan biasanya mengenai kelompok umur 15-20 tahun.
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial (vertebra). (Arief Mansjur, 2001).
Ankilosing spondilitis/reumatoid spondilitis adalah penyakit inflamasi kronis yang bersifat umum, terutama mengenai sendi-sendi tulang belakang dan sendi sakro-iliaka. (Chairuddin Rasjad, 1998)
Spondilitis ankilosis yaitu penyakit inflamasi progresif dari kolumna vertebra dab jaringan di sekitarnya yang dimulai pada pinggang dan akhirnya menyebabkan ankilosis dan deformitas keseluruhan columna vertebra. (Susan Martin Tucker, 1998)

2.      Etiologi
a.       Idiopatik
b.      Faktor genetik
Penyakit ini sering ditemukan pada kelompok keluarga dengan HLA-B27. biasanya penyakit ini sering terjadi bersama dengan penyakit saluran pencernaan (kolitis ulseratif) dan saluran kemih, penyakit Retter sebagai faktor pemicu.


3.      Anatomi Fisiologi Tulang
a.       Kerangka tubuh
Tulang adalah alat pengungkung dalam tubuh kita, seluruhnya ada 206 buah. Menurut bentuknya tulang dapat digolongkan menjadi :
§  Tulang panjang
§  Tulang pendek
§  Tulang pipih
§  Tulang tidak beraturan.

1)      Fungsi tulang
Sebagai struktur tubuh, tulang mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
§  Membentuk kerangka tubuh
§  Sebagai pengungkit (lever) dan melekatkan otot.
§  Melindungi alat tubuh
§  Sebagai defosit kalsium, posfor, magnesium dan garam.
§  Sebagai organ haemoporetik
2)      Struktur Tulang
Bagian tulang yang terkecil disebut sel tulang, kumpulan dari sel yang sama disebut susunan jaringan dan kumpulan sususnan jaringan yang sama disebut jaringan tulang.
Sistem skeletal dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu :
a)      Bagian axial terdiri dari :
§  Tulang tengkorak
§  Tulang belakang (vertebra)
§  Tulang iga (costae)
§  Tulang dada (sternum)
§  Tulang baji (etmoidale)

b)      Bagian appendicularr terdiri dari :
§  Anggota gerak bagian atas (upper extrimity)
Tuang lengan atas, radius, ulna berikut sendi dan tulang bahu (shoulder).
§  Anggota gerak bagian bawah (lower extrimity)
Tulang paha, tulang kering, tulang betis termasuk gelang panggul.

3)      Macam-macam tulang rawan
§  Tulang rawan Healin : dijumpai pada ujung tulang pipa dan pada persendian.
§  Tulang rawan fibrosa : terbentuk oleh berkas-berkas serabut dengan sel tulang rawan.
§  Tulang rawan elastis : tulang ini warnanya agak kekuningan sebab mengandung sejumlah serabut elastis yang berwarna kuning, tulang ini terdapat pada daun telinga, epiglotis dan pharing.

4)      Pertumbuhan tulang
Tulang dalam pertumbuhannya tidak sama dengan otot dan jaringan lainnya. Pertumbuhan tulang tidak kenyal dan ketat (rigid), maka dari itu dibutuhkan mekanisme khusus untuk pertumbuhan tulang terutama pada para lanjut usia. Pada embrio tulang-tulang panjang lebih banyak mengandung tulang rawan dan dibagian tengahnya terdapat jaringan halus dan d ujungnya terdapat jaringan tulang rawan yang disebut cartilagonous epiphyses.


b.      Sistem musulus (otot)
Bagian otot yang terkecil disebut sel otot, ada 3 macam sel otot di dalam tubuh adalah sebagai berikut :
§  Otot tidak bergaris (otot polos)
§  Otot bergaris (otot sadar / otot lurik)
§  Otot serat lintang (otot spinkter).

Alat pembantu otot :
§  Tendon
§  Bursa
§  Ligamentum
§  Tendo sinovial
§  Fasta : fasta superfisialis dan fasta profunda.

c.       Persambungan tulang atau sendi
Persambungan tulang sendi (artikularis) adalah pertemuan (dua) buah tulang sendi atau beberapa tulang dari kerangka. Artologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persendian.
1)      Sendi utama terdiri dari
§  Endi fibrus atau sinartrosis, ialah sendi yang tidak dapat bergerak, misalnya persambungan tulang bergigi (sutura) yang terdapat pada kepala sela antara tulang pipih yang menyatukan os frontal, os parietal, os temporal dan os etmoidal.
§  Sendi sindesniosis, permukaan sendi dihubungkan oleh membran pada sendi tibia dan fibula inferior. Sendi tulang rawan (amfiartosis), ialah sendi dengan gerakan sedikit, permukaan dipisahkan oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit gerakan.
§  Sendi antara manubrin sterni dan korpus sterni, sendi pada tulang rawan primer dijumpai pada epifisis dan diafisis tulang pipa.
§  Sendi sinovial (diartrosis) persendian yang bergerak bebas dan terdapat ragamnya dan semuanya mempunyai ciri yang sama.

2)      Sendi sinovial, terdiri dari :
§  Sendi putar
§  Sendi engsel
§  Sendi kondiloid
§  Sendi berporos
§  Sendi pelana / sendi timbal balik.

3)      Sendi anggota gerak atas, terdiri dari :
§  Sendi sternoklavikular
§  Sendi atronia klavikular
§  Sendi bahu humero skapular
§  Sendi siku atau sendi engsel
§  Sendi radio ulnari
§  Sendi tangan dan jaringan tangan :
-          Sendi karpalia
-          Sendi korpo metakarpakali
-          Sendi metakarpo-falangeal
-          Sendi interfalangeal.

4)      Sendi pinggul adalah sendi sinovial dari varietas sendi putar, kepala sendi femur ke dalam asetabulum tulang koksa, sendi ini tenal dan kuat membatasi gerakan sendi ke seluruh arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan eksorotasi.
5)      Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kandilus femoralis yang bersendi dengan permukaan dari kondilus tibia : patela terletak di atas permukaan yang halus pada femur tapi tidak termasuk dalam sendi lutut.
6)      Sendi tibia dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah kedua tungkai bawah batang dari tulang-tulang itu digabungkan oleh sebuag ligamen antara tulang yang membentuk sebuah sendi ketiga antara tulang-tulang itu.
7)      Sendi pergelangan kaki adalah sendi engsel yan dibentuk antara ujung bawah tibia dan meleplus medialis serta maleous lateralis dan fibula, kapsula sendi diperkuat oleh ligamen destoid di sisi medial. Gerakan sendi pergelangan kaki adalah fleksi dan ekstensi dan ekstensi biasa disebut flaksi dan plantar fleksi.
8)      Sendi telapak kaki, adalah sendi antar berbagai tulang tarsalia disatukan oleh ligamen dorsar plantar terletak diantara permukaan bawah talus dan permukaan atas kalkaneus, gerakan sendi sedikit mengayun abduksi dan adduksi.

4.      Patofisiologi
            terlampir di Pathway / Patofisiologi Ankilosing

5.      Manifestasi Klinis
a.       Biasanya timbul perlahan-lahan
b.      Rasa lelah
c.       Rasa nyeri pada tulang belakang mulai dari leher sampai daerah dada.
d.      Nyeri pelvik dan tulang pinggang, perubahan radang kronis pada tempat ligamen melekat pada vertebra menjadi ankilosing tulang.
e.       Nyeri biasanya dirasakan pada pagi hari dan sehabis aktivitas.
f.       Gangguan ekspansi rongga dada pada saat inspirasi.
g.      Uveitis, konjungtivitis, perifeal artritis penyakit kadang usus besar.
h.      Inkompeten aorta.
i.        Kekakuan pada pagi hari, anemia, BB menurun, demam.
j.        Pergerakan tulang yang terbatas secara bertahap.

6.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan klinik
b.      Pemeriksaan lab.
§  Biasanya reumatoid faktor negatif.
§  Peningkatan LED pada stadium aktif penyakit
§  HLA-B-27 positif pada 90 % penderita
c.       Pemeriksaan radiologis
§  Pada stadium awal dapat terlihat perkabutan dan erosi sendi sakro-
§  Pada tahap selanjutnya terlihat sklerosis peri-artikuler vertebra bagian depan vertebra yang normalnya konkaf berubah menjadi datar, terdapat diskus intervertebralis yang membentuk jembatan di antara vertebra yang membentuk gambaran seperti ruas bambu (Bamboo spine)

7.      Penatalaksanaan
a.       Medik
§  Pemberian obat analgetik, antipiretik, analgetik salisilat (aspirin)      600 mg 94 hari, anti infalamasi non steroid indometasin (indocin) 25 mg/d, untuk perbaikan max. 200 mg/d.
§  OAINS. Indometasin 25-50 mg diberikan 3 x sehari, bila telah terjadi perbaikan gejala dengan dosis yang lebih kecil, sebaiknya dipakai dosis tersebut. Dapat pula dipakai obat lain seperti proksikan, naproksan, dsb.
Contoh OAINS : Piroxicam
Indikasi : nyeri dan inflamasi pad penyakit rematik (termasuk penyakit still), gangguan muskuloskeletal lain dan gout akut.
Perhatian : hati-hati pada pasien dengan riwayat tukak lambung, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi jantung, hipertensi, gangguan koagulasi instrinsik.
Kontra indikasi : hipersentivitas terhadap piroxicam, aspirin dan non steroid anti inflamasi lam (gejala bronkospasmus, rhinitis dan angioedema), riwayat tukak peptik.
Efek samping : yang umumnya adalah gangguan saluran cerna, seperti stomatitis, mual, konstipasi, anoreksia, nyeri dan gangguan di epigastrium, tukak peptik, efek samping lain meliputi edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit dari perubahan darah.
§  Pembedahan kadang diperlukan misalnya wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilitas sendi / artroplasti koksa, hip replacement pada artritis berat dan flexion deformity.
§  Pengobatan atas komplikasi seperti anemia dan bronkopneumonia. Bila terjadi uveitis berikan segera kortikosteroid lokal pada mata.

b.      Keperawatan
§  Mengurangi / menghilangkan nyeri
§  Memberikan pendkes tentang penyakitnya dan motivasi untuk kontrol secara teratur.
§  Fisiotherapi
-          Memakai tempat tidur yang dialasi papan di bawah kasur dengan ganjal di daerah lumbal untuk mengembalikan lordosis. Bantal kepala sebaiknya tipis.
-          Penyesuaian pekerjaan, terutama bila terdapat gangguan tulang punggung, punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi dirandahkan, jangan terlalu lama duduk.
-          Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas dan memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah renang.

8.      Komplikasi
a.       Kerusakan neurologis
b.      Disfungsi pernafasan, tergantung pada tahap progresifnya.
c.       Anemia.
d.      Tromboplebitis.
e.       Fraktur vertebra.
f.       Poliartritis.

B.     Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ankilosis Spondilitis
1.      Pengkajian
a.       Data Biografi
§  Pria > wanita (9:1 / 8:1 / 2:10 kali)
§  Antara 20-40 tahun pada kelompok usia dewasa.
§  Jarang terjadi pada usia lebih 50 tahun.
§  Suku Indian Pima
§  0,2 % orang-orang Eropa menderita Ankilosing dan pada orang Jepang dan Negro insidennya lebih rendah.
b.      Riwayat Kesehatan
1)      Riwayat kesehatan dahulu
Memiliki riwayat nyeri yang persisten dengan awitan yang perlahan dan tidak progresif.


2)      Riwayat kesehatan sekarang
a)      Keluhan utama
§  Nyeri pada tulang belakang bawah dan panggul
§  Merasa kaku pada daerah punggung, bokong, paha bagian atas.
§  Merasa lelah
§  Nyeri tekan pada tepi pelvis, sternum, tumit, tuberositas tumit.
§  Berkurangnya kemampuan gerak simetris dan tidak bisa mengangkat kaki dalam posisi lurus.
§  Kontraktur fleksi panggul
§  Perubahan postur tubuh : kifosis, lordosis, lumbal.
§  Keluhan sukar bernafas dan ekspansi dada terbatas.
b)      Data objektif
§  Observasi gejala rasa nyeri / bertahan pada sikap tegak
§  Periksa postur klien : pasien agak membungkuk ke depan pada daerah fleksi panggul dan lutut.
§  Palpasi apakah ada kelemahan pada spinal dan daerah sacroiliaca.
§  Catat adanya rasa nyeri bila bergerak dan keterbatasan berputar, memvungkuk tubuh bagian atas.
c)      Data subjektif
Banyak orang dengan ankilosis spondilitis belum tersiagnosa, pasien mengeluh sakit pinggang sebelah bawah, kaku, ganguan perubahan sacroiliaca bilateral yang berlangsung beberapa kali serangan dan kemudian menghilang lama-kelamaan gejala ankilosing dari sendi-sendi terutama dari spinal pasien harus ditanya mengenai perubahan bentuk tubuh dan berkurangnya tinggi badan.

3)      Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan penyakit yang disebabkan karena faktor genetik.

c.       Data Laboratorium
§  Biasanya rematoid faktor negatif
§  Peningkatan LED pada stadium aktif penyakit.
§  HLA-B-27 positif pada 90 % penderita.
d.      Data psikologis
Menarik diri, harga diri rendah, malu
e.       Data sosial
Perubahan peran di keluarga / masyarakat. Tidak mampu menjalankan tugas sesuai kemampuannya.
f.       Data spiritual
Kesulitan dalam melakukan ibadah (sholat, sembahyang dan kebaktian).

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal
b.      Gangguan rasa nyaan : nyeri b.d inflamasi dan / atau edema.
c.       Gangguan konsep diri : body image b.d perubahan struktur tubuh / gangguan fungsi
d.      Kurangnya pengetahuan tentang manajemen di rumah b.d kurangnya informasi.
Diagnosa tambahan :
e.       Gangguan pertukaran gas b.d perubahan pada spinal dan postur rongga dada, mengembangnya rongg dada berkurang.
f.       Gangguan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebtuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien.
g.      Defisit perawatan diri b.d peningkatan kerusakan muskuloskeletal.

3.      Intervensi Keperawatan
a.       Dx. 1 Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan muskuloskeletal
Tujuan        : Klien mampu menunjukkan mobilitas fisik yang optimal
KH             :  -    Klien dapat berpartisipasi dalam program latihan
-          Klien mempertahankan koordinasi dan mobilitas fisik sesuai dengan tingkat optimal
-          Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
-          Kontraktur (-)
-          Kekuatan otot 5
-          Klien tampak tidak lemah.
Intervensi   :
1)      Kaji keadaan mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2)      Bantu dan dukung dalam pemberian program latihan ROM, ambulasi, perawatan dan toleransi aktivitas.
3)      Diskusikan pentingnya dalam membuat program waktu dan frekuensi istirahat saat mereka tidak beraktivitas.
4)      Beri tempat tidur dengan tempat tidur papan, matras dan bantal kecil, lakukan gosokan punggung dengan sering massase.
5)      Monitor TTV
6)      Kaji status neurovaskuler, monitor nadi perfer dan cek warna kulit pada ekstremitas, kelembaban, sensasi, edema dan kelemahan.
7)      Bantu dan ajarkan tehnik nafas dalam untuk meningkatkan fungsi pernafasan dan vaskular perifer.
8)      Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi, kemerahan atau lecet-lecet.
9)      Berikan agent anti inflamasi : observasi efek samping, kelainan lambung, diare, konstipasi.
10)  Berikan intake cairan 2500 ml / hari bila tidak ada kontra indikasi.
11)  Anjurkan amulasi dan bantu bila diperlukan.

b.      Dx. 2 Gangguan rasa nyaan : nyeri b.d inflamasi dan / atau edema.
Tujuan        : Rasa nyeri klien berkurang / hilang’
KH             :  -    Klien melaporkan penurunan nyeri
-          Klien menunjukkan tingkah laku yang lebih rileks
-          Klien mampu mendemontrasikan keterampilan pengalihan nyeri dengan peningkatan keberhasilan.
Intervensi   :
1)      Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri, observasi terhadap kemajuan dari nyeri untuk area baru.
2)      Berikan analgetik, kaji keefektifan dan tindakan pengurangan nyeri.
3)      Gunakan brace atau korset punggung
4)      Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
5)      Ajarkan dan bantu dengan tehnik alternatif penatalaksanaan nyeri.

c.       Dx. 3 Gangguan konsep diri : body image b.d perubahan struktur tubuh / gangguan fungsi
Tujuan        : Konsep diri klien : body image kembali adekuat
KH             :  -     Klien  mengungkapkan  perasaan  verbal  dan mengguna-
kan keterampilan koping yang adaptif dalam mengatasi perubahan body image.
-          Klien berpartisipasi dalam regimen perawatan dan mencari bantuan dengan tepat.
-          Klien melakukan ADL pada tingkat yang optimal
Intervensi   :
1)      Berikan waktu untuk mengungkapkan secara verbal perasaannya.
2)      Dukung keterangan dokter tentang proses penyakit, perawatan dan hasil yang diharapkan, klasifikasi konsep yang salah.
3)      Berikan lingkungan yang mendukung dan bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping adaptif.
4)      Berikan harapan realistik tujuan jangka pendek sehingga mudah tercapai, puji pasien untuk setiap tugas yang dapat ia selesaikan.
5)      Anjurkan komunikasi dengan orang terdekat dan bersosialisasi dengan keluarga dan teman.
6)      Anjurkan perawatan diri sesuai toleransi.
7)      Anjurkan taat terhadap rencana pengobatan untuk menghambat perkembangan deformitas selanjutnya.

d.      Dx. 4 Kurangnya pengetahuan tentang manajemen di rumah b.d kurangnya informasi.
Tujuan        : Pengathuan  klien  bertambah  mengenai prosedur pengobatan
  dan penyakitnya.
KH             :  -     Klien mengungkapkan pengertian proses penyakit, ren-
cana pengobatan dan gejala dari penyakit berlanjut.
-          Klien mendemonstrasikan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
-          Klien mengekspresikan pengertian secara jelas tentang jadwal pengobatan.
Intervensi   :
1)      Tekankan pentingnya dan manfaat dalam mempertahankan program latihan yang telah dianjurkan : termasuk berenang dan latihan tanpa beban berat badan lainnya sesuai toleransi.
2)      Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
3)      Anjurkan therapi aktivitas fisik : ROM, nafas falam, menghindari kelebihan istirahat.
4)      Demonstrasikan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
5)      Anjurkan perbanyak diit nutrisi dan intake cairan yang adekuat.
6)      Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
7)      Diskusikan tanda dan gejala dari penyakit berlanjut : penyebaran nyeri dan immobilisasi.
8)      Anjurkan follow up dengan dokter
9)      Rujuk pada sosiak worker bila dibutuhkan penggantian pekerjaan : atur untuk memberikan bantuan di rumah bila diperlukan.

Intervensi tambahan :
e.       Dx. 5 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan pada spinal dan postur rongga dada, mengembangnya rongg dada berkurang
Tujuan        : klien menunjukkan pertukaran gas kembali efektif.
KH             :  -    Frekuensi dan kedalaman nafas normal
-          RR : 16- 24 x/mnt
-          PaO2 > 60 mmHg, PaCo2 < 42 mmHg, SaO2 > 80 %
-          Bunyi nafas vesikuler
-          Penggunaan otot bantu pernafasan (-)
-          Cuping hidung (-)
-          Ekpansi dada simetris
-          Sianosis (-)
Intervensi   :
1)      Kaji frekuensi kedalaman nafas dan ekpansi dada
R/  Pernafasan cepat adalah mekanisme kompensasi untuk meningkat-
kan pernafasan dan evaluasi derajat terjadinya distress pernafasan.
2)      Kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan cuping hidung
R/  mengindikasikan adanya peningkatan kerja pernafasan
3)      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas abnormal (krekels, mengi)
R/  bunyi  nafas  vesikuler  menunjukkan  jalan  nafas  tidak mengalami
gangguan atau obstruksi.
4)      Kaji adanya sianosis
R/  sianosis  mengindikasikan  adanya  penurunan  perfusi  jaringan  ke
daerah perifer.
5)      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi (fowler)
R/  posisi  fowler  memungkinkan  peningkatan ekspansi paru dan me-
mudahkan pernafasan serta menguatkan otot paraspinal (mengoptimalkan asupan O2)
6)      Ajarkan klien nafas dalam
R/  memaksimalkan  asupan  O2,  sehingga  pengembangan  paru  dapat
optimal
7)      Lakukan tirah baring tiap 2 jam sekali
R/  pergantian posisi tidur dapat meningkatkan ekspansi paru
Kolaborasi :
8)      lakukanjuan  :
8)      i tabahan peningkatan kerusakan muskuloskeletal.n absorpsi nutrien.
8)      pasi, anoreksia, nyeri dan gangguan di epigastrium, hydrotherapi
R/  melatih  otot  pernafasan dan meningkatkan ekspansi dada sehingga
klien dapat bernafas panjang.

9)      Monitor AGD
R/  PaO2  menurun,  PaCo2  meningkat  mengindikasikan  adanya gang-
guan pertukaran gas.
10)  Beri O2 sesuai indikasi
R/  asupan  O2  yang  adekuat  membantu mempertahankan pemenuhan
O2 pada tubuh.

f.       Dx. 6 Gangguan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebtuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien
Tujuan        : klien   menunjukkan   pemenuhan   kebutuhan  nutrisi  secara
  adekuat setelah diberikan intervensi.
KH             :  -     Konjungtiva emis
-          Membran mukosa lembab
-          Bising usus 7-12 x/mnt
-          BB ideal
-          Anemia (-)
-          TD : 120/80 mmHg
-          Hb : wanita : 12-14 gr/dl
     Pria : 13-16 gr/dl
-          Albumin :
Intervensi   :
1)      Kaji intake nutrisi klien
R/  untuk menentukan intervensi selanjutnya
2)      Ukur TTV (TD, N)
R/  TD dan N ↓ menunjukkan intake nutrisi yang tidak adekuat.
3)      Timbang BB
R/  memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi
4)      Anjurkan klien untuk tirah baring
R/  menurunkan   kebutuhan   metabolik   untuk   mencegah  penurunan
kalori dan simpanan energi.
5)      Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan
R/  menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
6)      Berikan makanan sedikit tapi sering
R/  mengurangi kelelahan pada saat proses intake nutrisi
7)      Berikan makanan dalam keadaan hangat
R/  makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan
8)      Lakukan oral hygiene
R/  mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
9)      Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen (kol, produk susu)
R/  mencegah serangan akut atau eksaserbasi gejala.
10)  Kolaborasi dalam pelaksanaan tindakan puasa sesuai indikasi
R/  istirahat  khusus  menurunkan  peristaltik  dan diare dimana menye-
babkan malabsorbsi ataukehilangan nutrien
11)  Kolaborasi pemberian diet seusai indikasi
R/  untuk membantu pemasukan nutrisi
12)  Kolaborasi pemberian obat (Feydonatal, dll)
R/  mencegah / mengobati anemia.

g.      Dx. 7 Defisit perawatan diri b.d peningkatan kerusakan muskuloskeletal
Tujuan        : setelah  dilakukan  intervensi, klien dapat melakukan perawa-
  tan diri secara mandiri.
KH             :  -     Kelemahan (-)
-          ADL mandiri
-          Kekuatan otot 5
Intervensi   :
1)      Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
R/  membantu  dalam  mengantisipasi / merencanakan  pemenuhan  ke-
butuhan secara individual
2)      Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri tetapi berikan bantuan sesaui kebutuhan.
R/  pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung
3)      Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau setiap keberhasilannya.
R/  meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian
4)      Letakkan alat-alat makan dan makanan pada sisi yang tidak sakit.
R/  pasien akan dapat melihat dan meraihnya.
5)      Gunakan alat bantu pribadi
R/  pasien dapat menangani diri sendiri dan meningkatkan kemandirian
dan harga diri.

4.      Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi klien.

5.      Evaluasi
a.       Klien mampu menunjukkan mobilitas fisik secara optimal.
b.      Rasa nyeri klien berkurang / hilang
c.       Body image klien kembali adekuat
d.      Pengetahuan klien bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar