A.
Konsep Dasar Ankilosing Spondilitis
1.
Definisi
Ankilosing
spondilitis atau remathoid spondilitis disebut juga penyakit Bechtereu, artitis
marie strompell dan Reumatosa Rhezo Malica, penyakit ini lebih sering mengenai
pria dari pada wanita, yang timbul secara bertahap dan biasanya mengenai
kelompok umur 15-20 tahun.
Spondilitis
ankilosa merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik kronik yang terutama
menyerang sendi aksial (vertebra). (Arief
Mansjur, 2001).
Ankilosing
spondilitis/reumatoid spondilitis adalah penyakit inflamasi kronis yang
bersifat umum, terutama mengenai sendi-sendi tulang belakang dan sendi
sakro-iliaka. (Chairuddin Rasjad, 1998)
Spondilitis
ankilosis yaitu penyakit inflamasi progresif dari kolumna vertebra dab jaringan
di sekitarnya yang dimulai pada pinggang dan akhirnya menyebabkan ankilosis dan
deformitas keseluruhan columna vertebra. (Susan
Martin Tucker, 1998)
2.
Etiologi
a. Idiopatik
b. Faktor genetik
Penyakit ini sering ditemukan
pada kelompok keluarga dengan HLA-B27. biasanya penyakit ini sering terjadi
bersama dengan penyakit saluran pencernaan (kolitis ulseratif) dan saluran
kemih, penyakit Retter sebagai faktor pemicu.
3.
Anatomi Fisiologi Tulang
a. Kerangka tubuh
Tulang adalah alat pengungkung
dalam tubuh kita, seluruhnya ada 206 buah. Menurut bentuknya tulang dapat
digolongkan menjadi :
§ Tulang panjang
§ Tulang pendek
§ Tulang pipih
§ Tulang tidak beraturan.
1) Fungsi tulang
Sebagai struktur tubuh, tulang
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
§ Membentuk kerangka tubuh
§ Sebagai pengungkit (lever) dan melekatkan
otot.
§ Melindungi alat tubuh
§ Sebagai defosit kalsium, posfor, magnesium
dan garam.
§ Sebagai organ haemoporetik
2) Struktur Tulang
Bagian tulang
yang terkecil disebut sel tulang, kumpulan dari sel yang sama disebut susunan jaringan
dan kumpulan sususnan jaringan yang sama disebut jaringan tulang.
Sistem
skeletal dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar, yaitu :
a) Bagian axial terdiri dari :
§ Tulang tengkorak
§ Tulang belakang (vertebra)
§ Tulang iga (costae)
§ Tulang dada (sternum)
§ Tulang baji (etmoidale)
b) Bagian appendicularr terdiri dari :
§ Anggota gerak bagian atas (upper
extrimity)
Tuang lengan atas, radius,
ulna berikut sendi dan tulang bahu (shoulder).
§ Anggota gerak bagian bawah (lower
extrimity)
Tulang paha, tulang kering,
tulang betis termasuk gelang panggul.
3) Macam-macam tulang rawan
§ Tulang rawan Healin : dijumpai pada ujung
tulang pipa dan pada persendian.
§ Tulang rawan fibrosa : terbentuk oleh
berkas-berkas serabut dengan sel tulang rawan.
§ Tulang rawan elastis : tulang ini warnanya
agak kekuningan sebab mengandung sejumlah serabut elastis yang berwarna kuning,
tulang ini terdapat pada daun telinga, epiglotis dan pharing.
4) Pertumbuhan tulang
Tulang dalam
pertumbuhannya tidak sama dengan otot dan jaringan lainnya. Pertumbuhan tulang
tidak kenyal dan ketat (rigid), maka dari itu dibutuhkan mekanisme khusus untuk
pertumbuhan tulang terutama pada para lanjut usia. Pada embrio tulang-tulang
panjang lebih banyak mengandung tulang rawan dan dibagian tengahnya terdapat
jaringan halus dan d ujungnya terdapat jaringan tulang rawan yang disebut
cartilagonous epiphyses.
b. Sistem musulus (otot)
Bagian otot
yang terkecil disebut sel otot, ada 3 macam sel otot di dalam tubuh adalah
sebagai berikut :
§ Otot tidak bergaris (otot polos)
§ Otot bergaris (otot sadar / otot lurik)
§ Otot serat lintang (otot spinkter).
Alat pembantu otot :
§ Tendon
§ Bursa
§ Ligamentum
§ Tendo sinovial
§ Fasta : fasta superfisialis dan fasta
profunda.
c. Persambungan tulang atau sendi
Persambungan
tulang sendi (artikularis) adalah pertemuan (dua) buah tulang sendi atau
beberapa tulang dari kerangka. Artologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
persendian.
1) Sendi utama terdiri dari
§ Endi fibrus atau sinartrosis, ialah sendi
yang tidak dapat bergerak, misalnya persambungan tulang bergigi (sutura) yang
terdapat pada kepala sela antara tulang pipih yang menyatukan os frontal, os
parietal, os temporal dan os etmoidal.
§ Sendi sindesniosis, permukaan sendi
dihubungkan oleh membran pada sendi tibia dan fibula inferior. Sendi tulang
rawan (amfiartosis), ialah sendi dengan gerakan sedikit, permukaan dipisahkan
oleh bahan antara yang memungkinkan sedikit gerakan.
§ Sendi antara manubrin sterni dan korpus
sterni, sendi pada tulang rawan primer dijumpai pada epifisis dan diafisis
tulang pipa.
§ Sendi sinovial (diartrosis) persendian
yang bergerak bebas dan terdapat ragamnya dan semuanya mempunyai ciri yang
sama.
2) Sendi sinovial, terdiri dari :
§ Sendi putar
§ Sendi engsel
§ Sendi kondiloid
§ Sendi berporos
§ Sendi pelana / sendi timbal balik.
3) Sendi anggota gerak atas, terdiri dari :
§ Sendi sternoklavikular
§ Sendi atronia klavikular
§ Sendi bahu humero skapular
§ Sendi siku atau sendi engsel
§ Sendi radio ulnari
§ Sendi tangan dan jaringan tangan :
-
Sendi
karpalia
-
Sendi
korpo metakarpakali
-
Sendi
metakarpo-falangeal
-
Sendi
interfalangeal.
4) Sendi pinggul adalah sendi sinovial dari
varietas sendi putar, kepala sendi femur ke dalam asetabulum tulang koksa,
sendi ini tenal dan kuat membatasi gerakan sendi ke seluruh arah dan membentuk
sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri gerakan sendi fleksi, ekstensi,
abduksi, endorotasi dan eksorotasi.
5) Sendi lutut adalah sendi engsel yang
dibentuk oleh kandilus femoralis yang bersendi dengan permukaan dari kondilus
tibia : patela terletak di atas permukaan yang halus pada femur tapi tidak
termasuk dalam sendi lutut.
6) Sendi tibia dibentuk antara ujung atas dan
ujung bawah kedua tungkai bawah batang dari tulang-tulang itu digabungkan oleh
sebuag ligamen antara tulang yang membentuk sebuah sendi ketiga antara
tulang-tulang itu.
7) Sendi pergelangan kaki adalah sendi engsel
yan dibentuk antara ujung bawah tibia dan meleplus medialis serta maleous
lateralis dan fibula, kapsula sendi diperkuat oleh ligamen destoid di sisi
medial. Gerakan sendi pergelangan kaki adalah fleksi dan ekstensi dan ekstensi
biasa disebut flaksi dan plantar fleksi.
8) Sendi telapak kaki, adalah sendi antar
berbagai tulang tarsalia disatukan oleh ligamen dorsar plantar terletak
diantara permukaan bawah talus dan permukaan atas kalkaneus, gerakan sendi
sedikit mengayun abduksi dan adduksi.
4.
Patofisiologi
terlampir di Pathway / Patofisiologi Ankilosing
5.
Manifestasi Klinis
a. Biasanya timbul perlahan-lahan
b. Rasa lelah
c. Rasa nyeri pada tulang belakang mulai dari
leher sampai daerah dada.
d. Nyeri pelvik dan tulang pinggang,
perubahan radang kronis pada tempat ligamen melekat pada vertebra menjadi
ankilosing tulang.
e. Nyeri biasanya dirasakan pada pagi hari
dan sehabis aktivitas.
f. Gangguan ekspansi rongga dada pada saat
inspirasi.
g. Uveitis, konjungtivitis, perifeal artritis
penyakit kadang usus besar.
h. Inkompeten aorta.
i.
Kekakuan
pada pagi hari, anemia, BB menurun, demam.
j.
Pergerakan
tulang yang terbatas secara bertahap.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan klinik
b. Pemeriksaan lab.
§ Biasanya reumatoid faktor negatif.
§ Peningkatan LED pada stadium aktif
penyakit
§ HLA-B-27 positif pada 90 % penderita
c. Pemeriksaan radiologis
§ Pada stadium awal dapat terlihat
perkabutan dan erosi sendi sakro-
§ Pada tahap selanjutnya terlihat sklerosis
peri-artikuler vertebra bagian depan vertebra yang normalnya konkaf berubah
menjadi datar, terdapat diskus intervertebralis yang membentuk jembatan di
antara vertebra yang membentuk gambaran seperti ruas bambu (Bamboo spine)
7.
Penatalaksanaan
a. Medik
§ Pemberian obat analgetik, antipiretik,
analgetik salisilat (aspirin) 600 mg
94 hari, anti infalamasi non steroid indometasin (indocin) 25 mg/d, untuk
perbaikan max. 200 mg/d.
§ OAINS. Indometasin 25-50 mg diberikan 3 x
sehari, bila telah terjadi perbaikan gejala dengan dosis yang lebih kecil,
sebaiknya dipakai dosis tersebut. Dapat pula dipakai obat lain seperti
proksikan, naproksan, dsb.
Contoh OAINS : Piroxicam
Indikasi : nyeri dan
inflamasi pad penyakit rematik (termasuk penyakit still), gangguan
muskuloskeletal lain dan gout akut.
Perhatian : hati-hati
pada pasien dengan riwayat tukak lambung, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan
fungsi jantung, hipertensi, gangguan koagulasi instrinsik.
Kontra indikasi :
hipersentivitas terhadap piroxicam, aspirin dan non steroid anti inflamasi lam
(gejala bronkospasmus, rhinitis dan angioedema), riwayat tukak peptik.
Efek samping : yang
umumnya adalah gangguan saluran cerna, seperti stomatitis, mual, konstipasi,
anoreksia, nyeri dan gangguan di epigastrium, tukak peptik, efek samping lain
meliputi edema, pusing, sakit kepala, ruam kulit dari perubahan darah.
§ Pembedahan kadang diperlukan misalnya
wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilitas sendi / artroplasti
koksa, hip replacement pada artritis berat dan flexion deformity.
§ Pengobatan atas komplikasi seperti anemia
dan bronkopneumonia. Bila terjadi uveitis berikan segera kortikosteroid lokal
pada mata.
b. Keperawatan
§ Mengurangi / menghilangkan nyeri
§ Memberikan pendkes tentang penyakitnya dan
motivasi untuk kontrol secara teratur.
§ Fisiotherapi
-
Memakai
tempat tidur yang dialasi papan di bawah kasur dengan ganjal di daerah lumbal
untuk mengembalikan lordosis. Bantal kepala sebaiknya tipis.
-
Penyesuaian
pekerjaan, terutama bila terdapat gangguan tulang punggung, punggung hendaknya
dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi dirandahkan, jangan
terlalu lama duduk.
-
Latihan-latihan
untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas dan memelihara ekspansi dada
setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah renang.
8.
Komplikasi
a. Kerusakan neurologis
b. Disfungsi pernafasan, tergantung pada
tahap progresifnya.
c. Anemia.
d. Tromboplebitis.
e. Fraktur vertebra.
f. Poliartritis.
B.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Ankilosis Spondilitis
1.
Pengkajian
a. Data Biografi
§ Pria > wanita (9:1 / 8:1 / 2:10 kali)
§ Antara 20-40 tahun pada kelompok usia
dewasa.
§ Jarang terjadi pada usia lebih 50 tahun.
§ Suku Indian Pima
§ 0,2 % orang-orang Eropa menderita
Ankilosing dan pada orang Jepang dan Negro insidennya lebih rendah.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Memiliki riwayat nyeri yang
persisten dengan awitan yang perlahan dan tidak progresif.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
§ Nyeri pada tulang belakang bawah dan
panggul
§ Merasa kaku pada daerah punggung, bokong,
paha bagian atas.
§ Merasa lelah
§ Nyeri tekan pada tepi pelvis, sternum,
tumit, tuberositas tumit.
§ Berkurangnya kemampuan gerak simetris dan
tidak bisa mengangkat kaki dalam posisi lurus.
§ Kontraktur fleksi panggul
§ Perubahan postur tubuh : kifosis,
lordosis, lumbal.
§ Keluhan sukar bernafas dan ekspansi dada
terbatas.
b) Data objektif
§ Observasi gejala rasa nyeri / bertahan
pada sikap tegak
§ Periksa postur klien : pasien agak
membungkuk ke depan pada daerah fleksi panggul dan lutut.
§ Palpasi apakah ada kelemahan pada spinal
dan daerah sacroiliaca.
§ Catat adanya rasa nyeri bila bergerak dan
keterbatasan berputar, memvungkuk tubuh bagian atas.
c) Data subjektif
Banyak orang dengan ankilosis
spondilitis belum tersiagnosa, pasien mengeluh sakit pinggang sebelah bawah,
kaku, ganguan perubahan sacroiliaca bilateral yang berlangsung beberapa kali
serangan dan kemudian menghilang lama-kelamaan gejala ankilosing dari
sendi-sendi terutama dari spinal pasien harus ditanya mengenai perubahan bentuk
tubuh dan berkurangnya tinggi badan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan penyakit yang
disebabkan karena faktor genetik.
c. Data Laboratorium
§ Biasanya rematoid faktor negatif
§ Peningkatan LED pada stadium aktif
penyakit.
§ HLA-B-27 positif pada 90 % penderita.
d. Data psikologis
Menarik diri, harga diri
rendah, malu
e. Data sosial
Perubahan peran di keluarga /
masyarakat. Tidak mampu menjalankan tugas sesuai kemampuannya.
f. Data spiritual
Kesulitan dalam melakukan
ibadah (sholat, sembahyang dan kebaktian).
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan
muskuloskeletal
b. Gangguan rasa nyaan : nyeri b.d inflamasi
dan / atau edema.
c. Gangguan konsep diri : body image b.d
perubahan struktur tubuh / gangguan fungsi
d. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen di
rumah b.d kurangnya informasi.
Diagnosa tambahan :
e. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan pada
spinal dan postur rongga dada, mengembangnya rongg dada berkurang.
f. Gangguan kebutuhan nutrisi, kurang dari
kebtuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien.
g. Defisit perawatan diri b.d peningkatan
kerusakan muskuloskeletal.
3.
Intervensi Keperawatan
a. Dx. 1 Gangguan mobilitas fisik b.d
kerusakan muskuloskeletal
Tujuan : Klien mampu menunjukkan mobilitas fisik yang optimal
KH : - Klien dapat berpartisipasi dalam program
latihan
-
Klien
mempertahankan koordinasi dan mobilitas fisik sesuai dengan tingkat optimal
-
Klien
dapat melakukan ADL secara mandiri
-
Kontraktur
(-)
-
Kekuatan
otot 5
-
Klien
tampak tidak lemah.
Intervensi :
1) Kaji keadaan mobilitas yang ada dan
observasi terhadap peningkatan kerusakan
2) Bantu dan dukung dalam pemberian program latihan
ROM, ambulasi, perawatan dan toleransi aktivitas.
3) Diskusikan pentingnya dalam membuat program
waktu dan frekuensi istirahat saat mereka tidak beraktivitas.
4) Beri tempat tidur dengan tempat tidur
papan, matras dan bantal kecil, lakukan gosokan punggung dengan sering massase.
5) Monitor TTV
6) Kaji status neurovaskuler, monitor nadi
perfer dan cek warna kulit pada ekstremitas, kelembaban, sensasi, edema dan
kelemahan.
7) Bantu dan ajarkan tehnik nafas dalam untuk
meningkatkan fungsi pernafasan dan vaskular perifer.
8) Pantau kulit dan membran mukosa terhadap
iritasi, kemerahan atau lecet-lecet.
9) Berikan agent anti inflamasi : observasi
efek samping, kelainan lambung, diare, konstipasi.
10) Berikan intake cairan 2500 ml / hari bila
tidak ada kontra indikasi.
11) Anjurkan amulasi dan bantu bila
diperlukan.
b. Dx. 2 Gangguan rasa nyaan : nyeri b.d
inflamasi dan / atau edema.
Tujuan : Rasa nyeri klien berkurang / hilang’
KH : - Klien melaporkan penurunan nyeri
-
Klien
menunjukkan tingkah laku yang lebih rileks
-
Klien
mampu mendemontrasikan keterampilan pengalihan nyeri dengan peningkatan
keberhasilan.
Intervensi :
1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri,
observasi terhadap kemajuan dari nyeri untuk area baru.
2) Berikan analgetik, kaji keefektifan dan
tindakan pengurangan nyeri.
3) Gunakan brace atau korset punggung
4) Berikan dorongan untuk mengubah posisi
ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
5) Ajarkan dan bantu dengan tehnik alternatif
penatalaksanaan nyeri.
c. Dx. 3 Gangguan konsep diri : body image
b.d perubahan struktur tubuh / gangguan fungsi
Tujuan : Konsep diri klien : body image kembali adekuat
KH : - Klien
mengungkapkan perasaan verbal
dan mengguna-
kan keterampilan koping yang
adaptif dalam mengatasi perubahan body image.
-
Klien
berpartisipasi dalam regimen perawatan dan mencari bantuan dengan tepat.
-
Klien
melakukan ADL pada tingkat yang optimal
Intervensi :
1) Berikan waktu untuk mengungkapkan secara
verbal perasaannya.
2) Dukung keterangan dokter tentang proses
penyakit, perawatan dan hasil yang diharapkan, klasifikasi konsep yang salah.
3) Berikan lingkungan yang mendukung dan
bantu pasien untuk mengidentifikasi gaya koping adaptif.
4) Berikan harapan realistik tujuan jangka
pendek sehingga mudah tercapai, puji pasien untuk setiap tugas yang dapat ia
selesaikan.
5) Anjurkan komunikasi dengan orang terdekat
dan bersosialisasi dengan keluarga dan teman.
6) Anjurkan perawatan diri sesuai toleransi.
7) Anjurkan taat terhadap rencana pengobatan
untuk menghambat perkembangan deformitas selanjutnya.
d. Dx. 4 Kurangnya pengetahuan tentang
manajemen di rumah b.d kurangnya informasi.
Tujuan : Pengathuan
klien bertambah mengenai prosedur pengobatan
dan penyakitnya.
KH : - Klien
mengungkapkan pengertian proses penyakit, ren-
cana pengobatan dan gejala
dari penyakit berlanjut.
-
Klien
mendemonstrasikan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
-
Klien
mengekspresikan pengertian secara jelas tentang jadwal pengobatan.
Intervensi :
1) Tekankan pentingnya dan manfaat dalam
mempertahankan program latihan yang telah dianjurkan : termasuk berenang dan
latihan tanpa beban berat badan lainnya sesuai toleransi.
2) Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal,
tujuan, dosis dan efek sampingnya.
3) Anjurkan therapi aktivitas fisik : ROM,
nafas falam, menghindari kelebihan istirahat.
4) Demonstrasikan pemasangan dan perawatan
brace atau korset.
5) Anjurkan perbanyak diit nutrisi dan intake
cairan yang adekuat.
6) Tekankan pentingnya lingkungan yang aman
untuk mencegah fraktur.
7) Diskusikan tanda dan gejala dari penyakit
berlanjut : penyebaran nyeri dan immobilisasi.
8) Anjurkan follow up dengan dokter
9) Rujuk pada sosiak worker bila dibutuhkan
penggantian pekerjaan : atur untuk memberikan bantuan di rumah bila diperlukan.
Intervensi tambahan :
e. Dx. 5 Gangguan pertukaran gas b.d
perubahan pada spinal dan postur rongga dada, mengembangnya rongg dada
berkurang
Tujuan : klien menunjukkan pertukaran gas kembali efektif.
KH : - Frekuensi
dan kedalaman nafas normal
-
RR :
16- 24 x/mnt
-
PaO2
> 60 mmHg, PaCo2 < 42 mmHg, SaO2 > 80 %
-
Bunyi
nafas vesikuler
-
Penggunaan
otot bantu pernafasan (-)
-
Cuping
hidung (-)
-
Ekpansi
dada simetris
-
Sianosis
(-)
Intervensi :
1) Kaji frekuensi kedalaman nafas dan ekpansi
dada
R/ Pernafasan cepat adalah mekanisme kompensasi
untuk meningkat-
kan pernafasan dan evaluasi
derajat terjadinya distress pernafasan.
2) Kaji adanya penggunaan otot bantu
pernafasan dan cuping hidung
R/ mengindikasikan adanya peningkatan kerja
pernafasan
3) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya
bunyi nafas abnormal (krekels, mengi)
R/ bunyi
nafas vesikuler menunjukkan
jalan nafas tidak mengalami
gangguan atau obstruksi.
4) Kaji adanya sianosis
R/ sianosis
mengindikasikan adanya penurunan
perfusi jaringan ke
daerah perifer.
5) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
(fowler)
R/ posisi fowler memungkinkan
peningkatan ekspansi paru dan me-
mudahkan pernafasan serta
menguatkan otot paraspinal (mengoptimalkan asupan O2)
6) Ajarkan klien nafas dalam
R/ memaksimalkan
asupan O2, sehingga
pengembangan paru dapat
optimal
7) Lakukan tirah baring tiap 2 jam sekali
R/ pergantian posisi tidur dapat meningkatkan
ekspansi paru
Kolaborasi :
8) lakukan
8)
8) hydrotherapi
R/ melatih
otot pernafasan dan meningkatkan
ekspansi dada sehingga
klien dapat bernafas panjang.
9) Monitor AGD
R/ PaO2 menurun,
PaCo2 meningkat mengindikasikan adanya gang-
guan pertukaran gas.
10) Beri O2 sesuai indikasi
R/ asupan
O2 yang adekuat
membantu mempertahankan pemenuhan
O2 pada tubuh.
f. Dx. 6 Gangguan kebutuhan nutrisi, kurang
dari kebtuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien
Tujuan : klien
menunjukkan pemenuhan kebutuhan
nutrisi secara
adekuat setelah diberikan intervensi.
KH : - Konjungtiva emis
-
Membran
mukosa lembab
-
Bising
usus 7-12 x/mnt
-
BB
ideal
-
Anemia
(-)
-
TD :
120/80 mmHg
-
Hb :
wanita : 12-14 gr/dl
Pria : 13-16 gr/dl
-
Albumin
:
Intervensi :
1) Kaji intake nutrisi klien
R/ untuk menentukan intervensi selanjutnya
2) Ukur TTV (TD, N)
R/ TD dan N ↓ menunjukkan intake nutrisi yang
tidak adekuat.
3) Timbang BB
R/ memberikan informasi tentang kebutuhan diet /
keefektifan terapi
4) Anjurkan klien untuk tirah baring
R/ menurunkan
kebutuhan metabolik untuk
mencegah penurunan
kalori dan simpanan energi.
5) Anjurkan klien untuk istirahat sebelum
makan
R/ menenangkan peristaltik dan meningkatkan
energi untuk makan.
6) Berikan makanan sedikit tapi sering
R/ mengurangi kelelahan pada saat proses intake
nutrisi
7) Berikan makanan dalam keadaan hangat
R/ makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu
makan
8) Lakukan oral hygiene
R/ mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu
makan.
9) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram
abdomen (kol, produk susu)
R/ mencegah serangan akut atau eksaserbasi
gejala.
10) Kolaborasi dalam pelaksanaan tindakan
puasa sesuai indikasi
R/ istirahat khusus menurunkan
peristaltik dan diare dimana menye-
babkan malabsorbsi
ataukehilangan nutrien
11) Kolaborasi pemberian diet seusai indikasi
R/ untuk membantu pemasukan nutrisi
12) Kolaborasi pemberian obat (Feydonatal,
dll)
R/ mencegah / mengobati anemia.
g. Dx. 7 Defisit perawatan diri b.d
peningkatan kerusakan muskuloskeletal
Tujuan : setelah
dilakukan intervensi, klien dapat
melakukan perawa-
tan diri secara mandiri.
KH : - Kelemahan (-)
-
ADL
mandiri
-
Kekuatan
otot 5
Intervensi :
1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan
untuk melakukan kebutuhan
R/ membantu
dalam mengantisipasi /
merencanakan pemenuhan ke-
butuhan secara individual
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien
yang dapat dilakukan pasien sendiri tetapi berikan bantuan sesaui kebutuhan.
R/ pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan
dan sangat tergantung
3) Berikan umpan balik yang positif untuk
setiap usaha yang dilakukan atau setiap keberhasilannya.
R/ meningkatkan perasaan makna diri dan
kemandirian
4) Letakkan alat-alat makan dan makanan pada
sisi yang tidak sakit.
R/ pasien akan dapat melihat dan meraihnya.
5) Gunakan alat bantu pribadi
R/ pasien dapat menangani diri sendiri dan
meningkatkan kemandirian
dan harga diri.
4.
Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi dan kondisi
klien.
5.
Evaluasi
a. Klien mampu menunjukkan mobilitas fisik
secara optimal.
b. Rasa nyeri klien berkurang / hilang
c. Body image klien kembali adekuat
d. Pengetahuan klien bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar