BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler
dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun
hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat
badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion
yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung
pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang
ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluarnya ion hidrogen
dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan
ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.
Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit
melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah
larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. Tujuan
·
Menjelaskan
tentang hubungan budaya dengan kebutuhan cairan elektrolit
·
Menjabarkan
tentang mekanisme cairan yang ada dalam tubuh
·
Membahas
tentang keseimbangan cairan
·
Mendefinikan
pengertian dari budaya
·
Menjelaskan
prinsip budaya dari kebutuhan cairan elektrolit dan darah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Dari latar belakang di atas, dapat
dikatakan bahwa manusia sangat membutuhkan cairan elektrolit dan darah di dalam
tubuhnya untuk melakukan berbagai aktifitas yang menunjang kehidupannya.
Berbagai cara bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Diantaranya
dengan melakukan rutinitas dan menjalankan pola hidup yang sehat, seperti
mengkomsumsi makanan dan minuman yang diperlukan oleh tubuh.
Pemenuhan kebutuhan cairan elekrolit
dan darah bisa juga terganggu akibat kelainan gangguan dari peredaran cairan
tubuh, darah dan elektrolit seperti :
·
Edema
·
Dehidrasi
·
Defisiensi
elektrolit
·
Anemia
·
Hiperemia
·
Perdarahan
(hemoragia)
·
Shock
Gangguan lain yang bersifat obstruktif:
Gangguan lain yang bersifat obstruktif:
·
Trombosis
·
Emboli
·
Infark
B.
Pembahasan masalah
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.
Ginjal
juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain
ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2.
Cairan
tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh
berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel
(cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang
meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang
mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen
tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan
transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan
otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl-
terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan
intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya
paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan
komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan
plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan
antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu
kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen
sehingga terjadi keseimbangan kembali.
C. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan
osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan
ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1.
Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan
volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
·
Mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan
volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air
yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
o Water turnover dibagi dalam:
§ Eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan
lingkungan luar;
§ Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai
kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
·
Memperhatikan
keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga
perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam
yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang
mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.
Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
o
Ginjal
mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
§ Mengontrol jumlah garam (natrium)
yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus
Filtration Rate (GFR).
§ Mengontrol jumlah yang direabsorbsi
di tubulus ginjal
Jumlah Na+
yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan
darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+
dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi
natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami
distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di
tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah
kembali normal.
2.
Pengaturan Osmolaritas cairan
ekstrasel.
Pengaturan osmolaritas cairan
ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
a.
Perubahan osmolaritas di nefron
Di
sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang
isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars
decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi
reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan
cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding
tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa
osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen
menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen
bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang
dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan
ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
b. Mekanisme
haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di
hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang
mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan
vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin,
yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin
ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain
itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.
D. Budaya
1.
Pengertian
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa
Latin yaitu Colere yang memiliki arti
mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo
1993).
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah
sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan
sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia
dari suatu kelompok manusia.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan
sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
2.
Tujuan
a. Mengenal
lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal
luarnya saja
b. Mengenal
perilaku diri sendiri maupun orang lain
c. Sebagai
bekal penting untuk pergaulan hidup
d. Perlu
bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia
serta mau tahu perilaku manusia
e. Tanggap
terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka
terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan
ketentuan yang diciptakannya
f. Memiliki
penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai
budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta
melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya
3.
Unsur – Unsur Kebudayaan
a.
Sistem Religi/ Kepercayaan
b.
Sistem organisasi kemasyarakatan
c.
Ilmu Pengetahuan
d.
Bahasa dan kesenian
e.
Mata pencaharian hidup
f.
Peralatan dan teknologi
4. Fungsi Budaya
a.
Untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan
berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
b.
Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
c.
Pembimbing kehidupan manusia
d.
Pembeda antar manusia dan binatang
E. Prinsip Budaya
1.
Prinsip Budaya Tentang Pemberian
Cairan dan Elektrolit
Dalam
dunia medic, IVFD / iv line / infuse adalah hal yang sangat penting, Karena
dengan adanya iv line banyak hal bisa dilakukan dan tingkat keberhasilan
pengobatan di rumah sakit mencapai 97% keberhasilan dengan adanya bantuan iv
line ini. Saat pemberian obat makan (oral) sudah tidak bisa di akses oleh
tubuh, maka jalan satu-satunya adalah iv line, saat seseorang dalam keadaan
dehidrasi, jalan terbaik adalah iv line untuk rehidrasi.
Dalam
pandangan masyarakat iv-line mungkin hanya untuk memasukkan cairan, tapi lain
halnya dengan dunia medic, selain untuk rehidrasi iv-line juga digunakan
untuk memasukkan obat. Kadang fungsi iv-line dibutuhkan untuk rehidrasi dan
akses obat, kadang juga hanya untuk akses obat semata.
Dalam
beberapa kasus penyakit, iv-line bisa menjadi pembunuh buat pasien dan bisa
juga menjadi penyelamat buat pasien tsb, misalnya pada kasus-kasus penyait
jantung seperti CHF, kecepatan tetes iv-line tidak dianjurkan lebih dari 8
tts/mnt karena bisa menyebabkan odema paru sehingga bisa menyebabkan kematian,
sedangkan pada kasus shoc hipovolemik malah dibutuhkan kecepatan cairan infuse.
Jadi penggunaan dan pengaturan kecepatan iv line tergantung penyakit yang
diderita oleh pasien tersebut.
Karena
sangat pentingnya infuse ini, maka setiap tenaga medic khususnya perawat
diwajibkan menguasai cara pemasangan iv-line tsb. Memasang infuse adalah
tindakan yang susah-susah mudah, karena banyak factor yang membuat pemasangan
iv line ini jadi susah-susah mudah, seseorang yang sering memasang infuse belum
tentu dia mampu setiap melakukan pemasangan tidak pernah gagal walaupun vena
pasien tersebut tampak jelas, jadi tidak ada seseorang yang bisa dikatakan ahli
dalam pemasangan infuse. Namun kita hanya bisa mengatakan seseorang mahir dalam
pemasangan infuse, mungkin dikarenakan orang tersebut sering melakukannya
sehingga dia menjadi mahir.
Dalam
melakukan pemasangan iv-line khususnya anak-anak banyak factor yang mendukung
keberhasilan seseorang antara lain factor eksternal dan internal
a.
Factor
internal
·
Keterampilan
perawat, jika perawat sering melakukannya, maka tidak diragukan lagi dia telah
mahir dalam pemasangan infuse. Perawat telah mahir menentukan mana vena yang
tepat untuk dipasang, serta mampu menentukan ukuran catheter IV yang tepat
untuk digunakan.
·
Mood
perawat, jika perasaan perawat tidak baik menyebabkan konsentrasinya juga tidak
baik.
b.
Factor
eksternal
Sifat
keluarga, jika keluarga dari pasien tersebut kooperatif maka membuat perawat
tenang sehingga memudah kan dalam konsentrasi dari perawat. Jika sifat dari
keluarga tidak kooperatif atau malah marah-marah membuat perawat kurang
konsentrasi sehingga kegagalan bisa terjadi. Dalam memasang infuse anak-anak
yang dalam keadaan menangis sangat dibutuhkan ketenangan dari perawat.
2.
Prinsip Budaya Tentang Transfusi
Darah
Transfusi darah (blood transfusi,
bhs belanda), ialah memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk
menyelamatkan jiwanya. Masalah transfusi darah Islam tidak melarang seorang
muslim atau muslimah menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan
komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara langsung kepada orang yang
memerlukannya, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan pada
palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang
yang memerlukan.
Namun untuk menghindari masalah
(bahaya/resiko), baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah,
sudah tentu transfusi darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan
yang teliti terhadap kesehatan kedua-duanya, terutama kesehatan donor darah
harus benar-benar bebas dari penyakit menular yang dideritanya, seperti AIDS.
Pada dasarnya masyarakat percaya,
darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasittah menurut
hukum islam. Maka agama islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Tapi disamping hal tersebut,
transfusi darah sangat dibutuhkan. Transfusi darah juga bertujuan untuk:
·
Memelihara
dan mempertahankan kesehatan donor.
·
Memelihara
keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
·
Memelihara
dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah).
·
Mengganti
kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
·
Meningkatkan
oksigenasi jaringan.
·
Memperbaiki
fungsi Hemostatis.
Seharusnya
pandangan masyarakat yang baik tentang transfusi darah adalah sebagai berikut:
·
Tidak menyebabkan kerusakan
·
Memberikan manfaat (mencegah
kerusakan/kematian)
·
Perbedaab kerugian yang terjadi dan
manfaat yang diperoleh jelas (Manfaat lebih besar dari kerugian)
·
Donor darah memberikan manfaat yang
sangat besar dan termasuk mendonorkan anggota badan yang dapat pulih kembali
·
Pendonor tidak akan mendapat
kerugian/kerusakan yang berarti, bahkan mendapat manfaat.
·
Tranfusi darah tidak sama dengan
“memakan darah”
·
Kerusakan / kerugian akibat tranfusi
dapat diperkirakan dan dicegah dengan adanya kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan.
·
Kebutuhan
tranfusi darah adalah terus menerus dan meluas sehingga kebutuhan darah semakin
meningkat.
·
Donor
darah bisa menjadi obat / sarana penyembuhan berbagai penyakit
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia sebagai organisme multiseluler
dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun
hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya.
Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat
badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion
yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Sebagai
kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,
dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem
endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan
adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan
reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan
tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium
dan air.
B.
Saran
- Sebaiknya jangan pernah mengatur sendiri cairan infuse jika tidak terlalu faham tentang infuse, karena bisa bersifat fatal.
- Jangan pernah marah-marah atau menggunakan kata-kata kasar saat keluarganya akan dipasang iv-line, karena bisa menyebabkan mood dari perawat menjadi tidak baik. Dengan tidak baiknya mood dari perawat bisa menggangu konsentrasinya sehingga kegagalan bisa terjadi.
- Tranfusi darah diperbolehkan karena dengan perhitungan ilmiah yang tepat dapat menolong /memberikan manfaat yang besar bagi resipien dan tidak memberkan kerugian / kerusakan pada diri donor baik dalam jangka pendek maupun panjang
- Hendaknya tujuan dari donor-tranfusi darah adalah untuk menyelamatkan hidup resipien, bukan keuntungan materi dari pendonor (jual beli darah)
- Mendonorkan darah hukumnya fardlu kifayah mengingat semakin besarnya kebutuhan darah untuk menyelamtkan hidup manusia akibat bencana alam, kecelakaan, operasi, perang dan berbagai penyakit yang lain
DAFTAR PUSTAKA
http://blogperawat-ditha.blogspot.com/
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/ilmu-budaya-dasar.html
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/ilmu-budaya-dasar.html
http://nezfine.wordpress.com/2011/02/03/transfusi-darah-menurut-pandangan-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar