Minggu, 28 April 2013

PRINSIP BUDAYA PEMBERIAN TERAPI CAIRAN IV



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluarnya ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B.     Tujuan
·         Menjelaskan tentang hubungan budaya dengan kebutuhan cairan elektrolit
·         Menjabarkan tentang mekanisme cairan yang ada dalam tubuh
·         Membahas tentang keseimbangan cairan
·         Mendefinikan pengertian dari budaya
·         Menjelaskan prinsip budaya dari kebutuhan cairan elektrolit dan darah.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Permasalahan
Dari latar belakang di atas, dapat dikatakan bahwa manusia sangat membutuhkan cairan elektrolit dan darah di dalam tubuhnya untuk melakukan berbagai aktifitas yang menunjang kehidupannya. Berbagai cara bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Diantaranya dengan melakukan rutinitas dan menjalankan pola hidup yang sehat, seperti mengkomsumsi makanan dan minuman yang diperlukan oleh tubuh.
Pemenuhan kebutuhan cairan elekrolit dan darah bisa juga terganggu akibat kelainan gangguan dari peredaran cairan tubuh, darah dan elektrolit seperti :
·         Edema
·         Dehidrasi
·         Defisiensi elektrolit
·         Anemia
·         Hiperemia
·         Perdarahan (hemoragia)
·         Shock
Gangguan lain yang bersifat obstruktif:
·         Trombosis
·         Emboli
·         Infark

B.     Pembahasan masalah
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

C.    Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1.      Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
·         Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.
o    Water turnover dibagi dalam:
§  Eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar;
§  Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
·         Memperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
o   Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
§  Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
§  Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.




2.      Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
a.      Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).

b.      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.


D.    Budaya
1.      Pengertian
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993).
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.

2.      Tujuan
a.       Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja
b.      Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain
c.       Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup
d.      Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia
e.       Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya
f.       Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya

3.      Unsur – Unsur Kebudayaan
a.       Sistem Religi/ Kepercayaan
b.      Sistem organisasi kemasyarakatan
c.       Ilmu Pengetahuan
d.      Bahasa dan kesenian
e.       Mata pencaharian hidup
f.       Peralatan dan teknologi
4.      Fungsi Budaya
a.       Untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
b.      Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
c.       Pembimbing kehidupan manusia
d.      Pembeda antar manusia dan binatang

E.     Prinsip Budaya
1.      Prinsip Budaya Tentang Pemberian Cairan dan Elektrolit
Dalam dunia medic, IVFD / iv line / infuse adalah hal yang sangat penting, Karena dengan adanya iv line banyak hal bisa dilakukan dan tingkat keberhasilan pengobatan di rumah sakit mencapai 97% keberhasilan dengan adanya bantuan iv line ini. Saat pemberian obat makan (oral) sudah tidak bisa di akses oleh tubuh, maka jalan satu-satunya adalah iv line, saat seseorang dalam keadaan dehidrasi, jalan terbaik adalah iv line untuk rehidrasi.
Dalam pandangan masyarakat iv-line mungkin hanya untuk memasukkan cairan, tapi lain halnya dengan dunia medic, selain untuk  rehidrasi iv-line juga digunakan untuk memasukkan obat. Kadang fungsi iv-line dibutuhkan untuk rehidrasi dan akses obat, kadang juga hanya untuk akses obat semata.
Dalam beberapa kasus penyakit, iv-line bisa menjadi pembunuh buat pasien dan bisa juga menjadi penyelamat buat pasien tsb, misalnya pada kasus-kasus penyait jantung seperti CHF, kecepatan tetes iv-line tidak dianjurkan lebih dari 8 tts/mnt karena bisa menyebabkan odema paru sehingga bisa menyebabkan kematian, sedangkan pada kasus shoc hipovolemik malah dibutuhkan kecepatan cairan infuse. Jadi penggunaan dan pengaturan kecepatan iv line tergantung penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Karena sangat pentingnya infuse ini, maka setiap tenaga medic khususnya perawat diwajibkan menguasai cara pemasangan iv-line tsb. Memasang infuse adalah tindakan yang susah-susah mudah, karena banyak factor yang membuat pemasangan iv line ini jadi susah-susah mudah, seseorang yang sering memasang infuse belum tentu dia mampu setiap melakukan pemasangan tidak pernah gagal walaupun vena pasien tersebut tampak jelas, jadi tidak ada seseorang yang bisa dikatakan ahli dalam pemasangan infuse. Namun kita hanya bisa mengatakan seseorang mahir dalam pemasangan infuse, mungkin dikarenakan orang tersebut sering melakukannya sehingga dia menjadi mahir.
Dalam melakukan pemasangan iv-line khususnya anak-anak banyak factor yang mendukung keberhasilan seseorang antara lain factor eksternal dan internal
a.      Factor internal
·         Keterampilan perawat, jika perawat sering melakukannya, maka tidak diragukan lagi dia telah mahir dalam pemasangan infuse. Perawat telah mahir menentukan mana vena yang tepat untuk dipasang, serta mampu menentukan ukuran catheter IV yang tepat untuk digunakan.
·         Mood perawat, jika perasaan perawat tidak baik menyebabkan konsentrasinya juga tidak baik.
b.      Factor eksternal
Sifat keluarga, jika keluarga dari pasien tersebut kooperatif maka membuat perawat tenang sehingga memudah kan dalam konsentrasi dari perawat. Jika sifat dari keluarga tidak kooperatif atau malah marah-marah membuat perawat kurang konsentrasi sehingga kegagalan bisa terjadi. Dalam memasang infuse anak-anak yang dalam keadaan menangis sangat dibutuhkan ketenangan dari perawat.

2.      Prinsip Budaya Tentang Transfusi Darah
Transfusi darah (blood transfusi, bhs belanda), ialah memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya. Masalah transfusi darah Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara langsung kepada orang yang memerlukannya, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun diserahkan pada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong orang yang memerlukan.
Namun untuk menghindari masalah (bahaya/resiko), baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu transfusi darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan kedua-duanya, terutama kesehatan donor darah harus benar-benar bebas dari penyakit menular yang dideritanya, seperti AIDS.
Pada dasarnya masyarakat percaya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasittah menurut hukum islam. Maka agama islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tapi disamping hal tersebut, transfusi darah sangat dibutuhkan. Transfusi darah juga bertujuan untuk:
·         Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
·         Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
·         Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
·         Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
·         Meningkatkan oksigenasi jaringan.
·         Memperbaiki fungsi Hemostatis.
Seharusnya pandangan masyarakat yang baik tentang transfusi darah adalah sebagai berikut:
·         Tidak menyebabkan kerusakan
·         Memberikan manfaat (mencegah kerusakan/kematian)
·         Perbedaab kerugian yang terjadi dan manfaat yang diperoleh jelas (Manfaat lebih besar dari kerugian)
·         Donor darah memberikan manfaat yang sangat besar dan termasuk mendonorkan anggota badan yang dapat pulih kembali
·         Pendonor tidak akan mendapat kerugian/kerusakan yang berarti, bahkan mendapat manfaat.
·         Tranfusi darah tidak sama dengan “memakan darah”
·         Kerusakan / kerugian akibat tranfusi dapat diperkirakan dan dicegah dengan adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
·         Kebutuhan tranfusi darah adalah terus menerus dan meluas sehingga kebutuhan darah semakin meningkat.
·         Donor darah bisa menjadi obat / sarana penyembuhan berbagai penyakit








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.

B.     Saran
  • Sebaiknya jangan pernah mengatur sendiri cairan infuse jika tidak terlalu faham tentang infuse, karena bisa bersifat fatal.
  • Jangan pernah marah-marah atau menggunakan kata-kata kasar saat keluarganya akan dipasang iv-line, karena bisa menyebabkan mood dari perawat menjadi tidak baik. Dengan tidak baiknya mood dari perawat bisa menggangu konsentrasinya sehingga kegagalan bisa terjadi.
  • Tranfusi darah diperbolehkan karena dengan perhitungan ilmiah yang tepat dapat menolong /memberikan manfaat yang besar bagi resipien dan tidak memberkan kerugian / kerusakan pada diri donor baik dalam jangka pendek maupun panjang
  • Hendaknya tujuan dari donor-tranfusi darah adalah untuk menyelamatkan hidup resipien, bukan keuntungan materi dari pendonor (jual beli darah)
  • Mendonorkan darah hukumnya fardlu kifayah mengingat semakin besarnya kebutuhan darah untuk menyelamtkan hidup manusia akibat bencana alam, kecelakaan, operasi, perang dan berbagai penyakit yang lain
DAFTAR PUSTAKA

http://blogperawat-ditha.blogspot.com/
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/ilmu-budaya-dasar.html
http://nezfine.wordpress.com/2011/02/03/transfusi-darah-menurut-pandangan-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar