Minggu, 13 Januari 2013

ASKEP PRE EKLAMPSIA

A. Pengertian
· Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998 ).
· Pre – eklampsi adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan viable / usia kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram yang ditandai dengan hypertensi, protein urine dan oedema
· Pre – eklampsi merupakan suatu sindrom hypertensi yang terjadi karena kehamilan disertai protein urine, oedema dan sering kali terdapat gangguan pada sistem organ lain
· Pada pre – eklampsi sering terjadi peningkatan tekanan darah disertai protein urine akibat kehamilan terutama pada komplikasi primigravida terjadi setelah usia 20 – 40 minggu kecuali jika terjadi penyakit trofoblastik

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti, banyak teori diungkapkan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang sekarang dipakai oleh para ahli sebagai penyebab eklampsi adalah teori ischemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini (Mochtar, 1998)
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Peran faktor imunologis.
Peran faktor genetik /familial

Faktor Pencetus:
Molahidatidosa
Diabetes melitus
Kehamilan ganda
Hidrops fetalis
Obesitas
Umur yang lebih dari 35 tahun

C. Patofisiologi
Pada pre – eklampsi terjadi spasme pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air pada biopsi ginjal ditemukan spasme lubal artierole glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh suatu sel darah merah. Jadi jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya mungkin karena retensi garam dan air

Protein uri dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus. (Mochtar, 1998)

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala

· Sakit kepala terutama daerah frontalis

· Rasa nyeri di daerah epigastrium

· Gangguan mata.penglihatan menjadi kabur

· Terdapat mual sampai muntah

· Gangguan pernafasan sampai cyanosis

· Terjadi gangguan kesadaran (Manuaba,1998)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Plasenta dan rahim

Pada pre – eklampsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta akibat tuanya kehamilan dapat dipercepat pada pre – eklampsi yang jelas terjadi atropi sinsitum. Arteria spiralis mengalami kontraksi dan penyempitan akibat necrotizing arteriopathy. Pada pre – eklampsi dan eklampsi sering terjadi partus prematurus

b. Ginjal

Pada ginjal terjadi sedikit pembengkakan pada glomelurus. Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air

c. Otak

Pada pre – eklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas – batas normal. Pada pre – eklampsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat mengakibatkan gangguan usus.

d. Paru – paru

Kematian ibu pre – eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang menimbulkan dekompensisi kordis. Biasanya pula terjadi aspirasi pneumonia atau abses paru

e. Mata

Dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah dapat terjadi ablusio retina yang disebabkan oedema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan

f. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pada pre – eklmpsi tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolot, kristaloid dan protein serum.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

· Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

· Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

· Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

2) Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.



3) Pemeriksaan Fungsi hati

· Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

· LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

· Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

· Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45 u/ml)

· Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l)

· Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4) Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

5) Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

6) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

4. Klasifikasi Pre-eklampsia:

a. Pre–eklamsia Ringan

· Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam

· Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam

· Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu

· Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan

b. Pre–eklamsia Berat

Bila salah satu gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat :

· Tekanan darah 160/110 mmHg

· Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam

· Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

· Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran

E. Penatalaksaan

1. Pencegahan

a. Pemeriksaan antenatal yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda sedini mungkin (PER) supaya tidak menjadi berat

b. Harus selalu waspada kemungkinan terjadinya pre eklampsi kalau ada faktor –faktor predisposisi

c. Berikan penjelasan tentang :

· Manfaat istirahat dan tidur demi ketenangan yang dapat mencegah PER menjadi PEB

· Pentingnya mengatur diit rendah lemak serta karbohidrat tinggi protein, kurangi garam karena garam dapat mencegah terjadinya oedema dan dapat menurunkan berat badan

· Suplementasi magnesium yang berpengaruh terhadap pathogenesis pre – eklampsi dan persalinan pre term, juga dapat menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan

· Suplementasi kalsium, defisiensi kalsium pada diit ibu hamil meningkatkan resiko pre – eklampsi, kekurangan kalsium yang terlalu lama akan menyebabkan dikeluarkannya kalsium dari jaringan otot pembuluh darah maka akan terjadi vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah

2. Penanganan

Tujuan utama penanganan adalah :

· Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi

· Hendaknya janin lahir hidup

· Trauma pada janin seminimal mungkin

Penanganan menurut klasifikasi :

a. Pre eklampsi ringan

1) Pengobatan hendaknya bersifat simtomatik dan selain rawat inap maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang sering misalnya 2x seminggu

2) Penanganan pada penderita rawat inap atau rawat jalan adalah istirahat di tempat tidur, diit rendah garam dan berikan obat – obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3x sehari atau fenilbarbitol tablet 30 mg dengan dosis 3x sehari

3) Diuretika dan obat antihypertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat bahkan bisa menutupitanda dan gejala pre eklampsi

4) Dengan cara diatas biasanya pre eklampsi ringan jadi tenang dan hilang. Ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasanya

5) Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin. Bila keadaan mengijinkan barulah dilakukan induksi persalinan pada kehamilan > 37 minggu

b. Pre eklampsi berat

1) Pada usia kehamilan < 37 minggu

Jika janin menunjukkan maturitas paru maka penanganannya adalah sebagai berikut :

· Berikan suntikan sulfat magnikus dengan dosis 8 gram ini kemudikan disusul 4 gram im tiap 4 jam (selama tidak ada komplikasi). Jika ada perbaikan jalannya penyakit pemberian sulfat magnicus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre eklampsi ringan (kecuali ada komplikasi). Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa dan keadaan janin dimonitor serta berat badan ditimbang seperti pada pre eklampsi ringan sambil mengawasi gejala. Jika dengan induksi persalinan atau tindakan lain sesuai keadaan.

· Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin makan penatalaksanaan kasus sama dengan kehamilan diatas 37 minggu

2) Pada usia kehamilan > 37 minggu

· Penderita rawat inap, istirahat mutlak dan tempatkan di kamar isolasi, berikan diit rendah garam dan tinggi protein. Berikan suntikan 5 gram / Im. 4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong kiri, suntikan dapat diulang tiap 4 jam dengan dosis 4 gram. Syarat pemebriannya adalah reflek patela positif, diurisis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/mnt dan harus tersedia antidotumnya kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc, infus dekstrose 5% dan RL

· Berikan obat antihipertensi

· Diuretika tidak diberikan kecuali terdapat oedema dan kegagalan jantung kogestif

· Setelah pemberian sulfat magnicus dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi

· Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forceps jadi ibu dilarang mengejan

· Jangan berikan methergin post partum kecuali pada perdarahan atonia uteri

· Pemberian SM kalau tidak ada kontra indikasi kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum

· Bila ada indikasi obstetrik dilakukan secsio sesaria

c. Penatalaksanaan persalinan dengan pre eklampsi

Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita sendiri dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat maka dari itu pre eklampsi berat lebih mudah menjadi eklampsi pada saat persalinan

Untuk penderita pre eklampsi diperlukan analgesik dan sedative yang lebih banyak dalam persalinan. Pada kala II apabila syarat – syarat sudah terpenuhi hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vacum. Telah kita ketahui bahwa pada pre eklampsi janin diancam hipoksia dan pada persalinan bahaya ini akan semakin besar. Pada kala I dilakukan segera secsio sesaria, pada kala II dilakukan curam dan ekstraksi vacuum

d. Komplikasi

1) Kompliasi pada ibu

· Terjadi eklampsi / kejang

· Hipoksia otak, pecahnya pembuluh darah otak dan resiko ciderea

· Solusio plasenta

· Oedema seluruh organ dan spasme pembuluh darah

· Oedema mata terjadi ablasia retina

· Sesak

· Pada otak menyababkan oedema serebral dan gangguan visus

· Pada hati terjadi peradangan sehingga menyababkan nyeri ulu hati

· Gagal jantung dan ginjal

2) Komplikasi pada anak akibat ischemia utero plasenta

· Gawat janin

· Kematian janin

· Gangguan pertumbuhan

· Prematuritas

3. Diet

a. Tujuan Diet

· Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

· Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

· Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air

· Mencapai keseimbangan nitrogen

· Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal

· Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyakit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan

b. Syarat Diet

· Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 Kkal dari makanan atau diet sebelum hamil

· Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 Kg/minggu.

· Protein tinggi (1½ – 2 g/kg berat badan)

· Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda.

· Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi

· Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

· Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.

· Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PRE-EKLAMPSIA

A. Pengkajian


1. Data subyektif :

· Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

· Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

· Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM

· Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

· Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan

· Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

2. Data Obyektif :

· Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

· Palpasi : untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri , letak janin, lokasi edema

· Auskultasi : mendengarkan Detak Jantung Janin untuk mengetahui adanya fetal distress

· Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian Sulfas Magnesicus (jika reflek +)

· Pemeriksaan penunjang ;

o Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam

o Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

o Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

o Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

o USG ; untuk mengetahui keadaan janin

o NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

3. Pemeriksaan Umum :

a. keadaan umum : baik, cukup, lemah

b. Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma

c. TTV : TD : ≥ 140 / 110 mmHg

N : 80 – 90 x/mnt

S : 36 – 37 ºC

Rr : 16 – 20 x/mnt

4. Pemeriksaan Khusus :

a. Inspeksi

· Muka : oedema

· Mata : palpebra oedema, conjungtiva pucat / tidak, sklera icterus / tidak

· Mamae : papila mamae normal / tidak

· Abdomen : adakah bekas operasi / tidak, adakah strie lividae / tidak

· Genetalia : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak, adakah varices, adakah oedema / tidak

· Ekstremitas atas : kuku pucat / tidak, oedema

· Bawah : oedema / tidak, varices / tidak

b. Palpasi

· Leher : adakah pembesaran kelenjar limpe / tidak,adakah pembesaran kelenjar thyroid / tidak, adakah bendungan vena jugularis / tidak

· Mamae : adakah nyeri tekan / tidak

· Abdomen :

o Leopold I : untuk mengetahui TFU dan menentukan usia kehamilan serta untuk mengetahui bagian janin yang berada di fundus

o Leopold II : untuk mengetahui punggung dan bagian kecil janin

o Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini sudah atau belum terpegang oleh PAP (Pintu Atas Pinggul)

o Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul

· Ekstremitas : oedema, adakah varices / tidak

c. Auskultasi

Yang dicari yaitu punctum proximum dan DJJ ( frekuensi teratur / tidak ) yaitu : 120 – 160 x/mnt. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bagaimana keadaan janin

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )

2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir

4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

C. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan I :

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :

· Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

· Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg

Suhu : 36-37 C

Nadi : 60-80 x/mnt

Resprasi : 16-20 x/mnt

Intervensi :

a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam

R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH

b. Catat tingkat kesadaran pasien

R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak

c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )

R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang

d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus

R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan

e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM

R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang

2. Diagnosa keperawatan II :

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil :

· DJJ ( + ) : 12-12-12

· Hasil NST :

· Hasil USG ;

Intervensi :

a. Monitor DJJ sesuai indikasi

R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta

b. Kaji tentang pertumbuhan janin

R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR

c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )

R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin

d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin

e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

3. Diagnosa keperawatan III :

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

· Ibu mengerti penyebab nyerinya

· Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya

b. Jelaskan penyebab nyerinya

R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif

c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi

d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

4. Diagnosa keperawatan IV :

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

· Ibu tampak tenang

· Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

· Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan ibu

R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa

b. Jelaskan mekanisme proses persalinan

R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptif

c. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif

R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif

d. Beri support system pada ibu

R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar